Wednesday, February 2, 2011

Duka Cita

Hari Senin kemarin sekitar pukul 3 sore saya menelpon Plant Manager saya, Bp. Agus Priyadi. Mengingatkan beliau soal Management Meeting yang saya atur hari Selasa, 1 Februari 2011.
" Jangan lupa ya Pak, jam 10 seperti biasa ". Beliau menjawab " Iyaaaa.... " jawaban khas ala pak Agus. Tapi siapa yang mengira, justru jawaban standar itu adalah suara beliau terakhir yang saya dengar??
Sepulang dari kantor, saya mandi lalu makan malam. Setelah itu sama minum obat batuk saya yang mengandung obat tidur. Jam 8 saya sudah nyaris pulas, walaupun terbangun sesekali akibat batuk. Saya melihat BB saya ada dimeja disamping tempat tidur saya, tapi saya malas memegangnya. Saya biarkan tergeletak disana.
Keesokan harinya (1 Februari 2011) saya diantar kekantor oleh hubby seperti biasa dan minta diturunkan didepan ATM Mandiri didekat kantor. Saya baru menyadari BB saya ternyata mati, lalu saya masukkan pin saya dan kemudian... tring..tring...tring...tring... puluhan BBM masuk seketika. Selesai urusan dengan ATM saya mulai membaca BBM yang masuk. Salah satunya " Agus Priyadi passed away last night due to heart failure.... " Astagfirullah.... saya langsung lemas rasanya. Tiga teman saya mengabarkan seperti itu.
Saya berlari dari ATM ke gedung kantor kami. Boss saya megirimkan SMS bahwa dia akan berada di pabrik untuk mengurus pabrik yang mendadak ditinggal pimpinannya. Teman saya mengirim BBM semalam mengajak saya ke airport bagian cargo untuk mengurus jenazah yang akan diterbangkan ke Surabaya. Satu lagi BBM bertanya apakah saya mau turut serta ke Cikampek (lokasi pabrik kami dan rumah duka) untuk melayat kesana (BBM dikirmkan pukul 10 malam). Teman saya dikantor malah menangis karena ga percaya. " Masya Allah, gue masih ngobrol becanda-canda sama Pak Agus soal PGN (Perusahaan Gas Negara) kok " isaknya.
Saya sedih sekali karena bablas tidur akibat obat batuk dan tidak bisa membantu apa-apa untuk Pak Agus untuk terakhir kalinya.
Selasa pagi suasana duka begitu terasa dikantor kami. Semua membicarakan sosok pak Agus yang tidak pernah marah, suka berguyon dan santun. Untuk seorang Plant Manager yang mengepalai sekitar 150 orang karyawan, pak Agus termasuk jauh dari dari kesan galak. Disini saya bicara secara personal karena saya tidak begitu tahu bagaimana keseharian beliau memimpin pabrik. Tapi dimata saya, beliau sangat menyenangkan dan senang bercanda. Banyak yang tidak percaya beliau sudah pergi karena banyak dari kami di kantor Jakarta yang masih bicara lewat telpon dengannya kemarin.
Asistennya bercerita kepada saya bahwa dia sudah menganggap pak Agus seperti bapaknya sendiri. Makanya dia sedih bukan kepalang. Office girl pabrik malah belum berhenti menangis karena sedih akibat dia adalah orang yang terakhir diberitahu bahwa pak Agus meninggal dunia. Kata asisten pak Agus, si OG ini sayang banget sama pak Agus. Kalau ada kue atau makanan lain, pasti si OG langsung menyisihkan duluan makanan tersebut untuk pak Agus. Malah kalau ada yang nakal dan nekad mengambil kue/makanan, si OG akan marah-marah. Urusan kopi atau teh untuk pak Agus dia selalu siapkan nomor satu.
" Makanya si Titik (OG) belum berhenti nangis mbak, dia marah sama kita karena dia baru diberi tahu terakhir ".
Receptionist kantor saya juga menangis karena ia menganggap Pak Agus seperti bapaknya sendiri, apalagi Pak Agus salah satu orang yang cukup berjasa mencomblangkan si receptionist dengan salah satu orang di pabrik.
Hingga hari ini kami masih sedih. Ini terlihat dari status Yahoo Messenger dan Facebook para karyawan kantor. Ya, kami sangat kehilangan beliau. Tidak ada lagi yang menelpon atau menyapa saya (kalau beliau berkunjung ke kantor Jakarta dengan suara khasnya " Bu Intan, bapakmu ada? "
Selamat Jalan Pak Agus Priyadi, Insya Allah bapak Khusnul Khotimah dan ditempatkan ditempat yang terbaik disisi Allah SWT. Innalillahi wa Innailaihi rojiun.........




No comments: