Thursday, January 26, 2012

Tata Cara Berbusana

Jangan tanya saya cara berbusana yang baik dan benar. Gaya berbusana saya awur-awuran :D
Tapi yang mau saya ceritain disini adalah tata cara berbusana yang sesuai tempatnya. Kalau disuruh datang ke sebuah pesta, kita pasti akan dandan abis-abisan kan? Kebaya atau gaun atau mengikuti dresscode yang ditulis diundangan. Semua bakal kita ikuti.

Tapi ceritanya seorang teman ngeBBM saya. Dan ngajak ke pasar Tanah Abang buat nyari sesuatu. Yuk deh, mumpung lagi ga ada acara, saya mau aja.
Jam 7 pagi saya dijemput sama dia. Alamaaaakkkk..... pas dia turun dari mobil didepan rumah saya, saya liat dia pake celana pendek, lumayan pendek dan flat shoes. Trus dia bilang " santai aja kan? gue pake sepatu teplek gini aja ya? ". OK!
Tapi saya tanya, bener nih mau ke Tanah Abang pake celana pendek gini? Dia bilang gak apa, ya sudah. Saya naik mobilnya. Kostum saya hari itu adalah jeans 7/8, kaos dan sendal fitflop Silver andalan yang nyaman banget.

Sebelum ke Tanah Abang kita mampir dulu ke beberapa tempat dan akhirnya sampe di tanah abang jam 11-an. Aawalnya santai aja kita nyusurin gedung baru pasar Tanah Abang. Lama-lama temen saya gerah juga. Entah berapa pasang mata yang melototin paha putihnya dia. Atau sengaja disuit-suitin sama orang-orang disana. Berhubung yang mau dilakukan masih banyak, jadilah teman saya ngalah dah beli celana baru disana. Jangan tanya warna dan modelnya. Yang penting pas. Trus dia tuker di kamar mandi dan kita melanjutkan urusan.

Pas makan siang di Foodcourt Tanah Abang, temen saya ngegerutu " disini emang ga ada yang pake celana pendek ya? Masa gue disuit-suitin dari tadi? "
Dalam hati saya bilang " kalo di PIM sih ga apa elu pake baju begitu. Tapi ini Tanah Abang gitu loooooooohhh.... "

Wednesday, January 25, 2012

Obat Mahal vs Obat Murah part 2

Udah beberapa hari hubby sakit, ada semacam bisul tumbuh dibadannya. Kalau waktu kita kecil dulu bisulan, pasti beberapa hari akan timbul mata bisulnya. Tapi tidak dengan bisul hubby. Semua matanya tidak mau keluar alias masih ngumpet dibawah kulit. Kalau dipegang ada sekitar 10 lebih mata bisul dibawah kulit. Sakitnya jangan ditanya. Badan hubby sampe meriang.

Karena saya pernah trauma ke RS besar, rupanya nular ke hubby. Dia ga mau juga dibawa kesana. Pilihannya ke klinik kecil dekat rumah aja. Dapat salep dan antibiotik. Tapi.... tiap kali obatnya habis, kembali hubby senut-senut disekitar bisulnya. Kali ke-2 tetap ke dokter yang sama, dikasih obat lagi. Tapi begitu obat habis habis, kembali kumat lagi.

Ketiga kalinya saya udah ga mau tahu. Apapun yang terjadi hubby harus ke RS besar. Apalagi suatu ketika sepulang kantor, suami saya berjalan tertatih-tatih seperti orang stroke. Saya sampe ga bisa tidur malam itu. Badan hubby panas. Ke kamar mandi mesti dituntun. Kasihan pokoknya.
Akhirnya saya bilang besok ke RS!

Besoknya saya bawa hubby ke RS. Lucunya, kita dapat parkir persis didepan pintu UGD. Trus saya tuntun hubby masuk RS setelah mengunci mobil (ya, bahkan buat nyetir aja hubby ga bisa saking sakitnya). Eeehh.... petugas UGD dengan ramah menawarkan " mau pake kursi roda pak?? ". Langsung ditolak sama hubby! Malu katanya hihihihihi....
Wajar pak petugas menawarkan kursi roda melihat hubby berjalan tertatih-tatih begitu.

Ketemu dokter, dapat obat mahal (1.2juta buat bisul doang) kita pun pulang. Sampe rumah hubby makan trus lanjut minum obatnya. Abis itu bisulnya saya kasih salep made in dokter RS besar ini.
Sambil nunggu salep kering, saya dan hubby nonton TV. Tau-tau saya liat.... bisulnya pecah!!! Bisul yang kemaren tidak pernah muncul matanya, tau-tau pecah aja. Nanahnya buanyaaaakkkk!!!!
Cuma butuh waktu 2 hari bagi dokter RS besar ini untuk menyelesaikan penyakitnya hubby. Sekarang hubby saya udah sehat lagi.

Sekarang saya jadi bingung. Salah ga ya kalau saya masih trauma dengan RS besar??

Obat Murah vs Obat Mahal

Saya sudah pernah cerita betapa traumanya saya dengan rumah sakit besar berskala Internasional. Gara-gara saya pernah 2x dapat obat yang paling tinggi dosisnya. Biar inget lagi, saya ulang ceritanya ya.... :)

Awalnya saya cuma sakit demam biasa. Trus pergi ke RS besar, ketemu dokter dan disuruh tebus obat yang harganya mahal (pokoknya tiap saya sakit demam biasa dan berobat ke RS besar, nilai obatnya ga pernah kurang dari angka 500rb rupiah).
Setelah ditebus dan mulai mengkonsumsi obatnya, penyakit saya langsung sembuh. SEMBUH!!! Tapi... ada tapinya, pasti ada masalah lain yang mengikuti kesembuhan saya itu.
Pertama kali saya kena masalah badan segar bugar. Kok masalah? Iyalah... gara-gara badan kelewat segar bugar, saya sampe ga bisa tidur 3 hari!!!! Badan saya segar banget, kata orang minum obat gitu. Ga ngantuk, ga capek. Pokoknya segar sehat. Masalah selesai waktu saya jatuh pingsan dihari ke-3. Buru-buru dibawa hubby ke klinik kecil. Tau-tau dokternya bilang " ini obatnya paling tinggi dikelasnya, badan ibu ga kuat ". Kasus pertama.

Kasus kedua hampir sama seperti kasus pertama, demam. Sama hubby dibawa lagi ke RS besar (tapi beda dengan RS diatas). Ketemu dokter, dikasih obat mahal trus sembuh. Tapiiiiiii.... kali ini mendadak saya ga bisa makan. Demam turun, pilek ilang, batuk sembuh. Tapi kok ga bisa makan? Boro-boro makan nasi sepiring. Makan roti setangkup aja susah. Akhirnya... lagi-lagi saya dibawa hubby ke klinik kecil. Trus kembali dokternya bilang " ini obat yang paling tinggi dikelasnya. Maag ibu kena sekarang. Obatnya jangan dimakan lagi. Tapi tebus obat ini ya ". Si dokter ngasih saya obat seharga 45.000 rupiah.
Begitu saya tebus dan minum obat itu. Perut saya normal lagi. Dan saya bisa makan nasi padang setelahnya.

Itulah yang bikin kenapa saya trauma berat sama RS dan obat mahal.....

Thursday, January 12, 2012

Persiapan pernikahan

Gara-gara adik saya mau menikah, saya jadi de ja vu :)

Adik saya (akhirnya) akan menikah. Dan mama meminta saya mewakilinya untuk membantu persiapan pernikahan si adik. Saya sih seneng-seneng aja dan mau bantu. Buat saya moment persiapan pernikahan ini adalah moment yang paling menyenangkan.

Saya ingat dulu saya menelpon puluhan gedung untuk menentukan gedung mana yang akan kita pilih untuk menjadi venue acara. Lalu setelah mendapatkan data-data gedung, saya tinggal mendiskusikannya dengan orang tua saya dan orang tua suami.

Setelah itu memilih pelaminan dan catering. Membeli seragam untuk keluarga inti dan keluarga lain. Membeli cincin kawin. Memesan undangan dan souvenir. Semua saya dan hubby lakukan sendiri. Kecuali bagian catering dan pelaminan dimana orang tua kami ikut campur mengurusinya karena mereka juga membantu membayarkan :)

Yang paling menyenangkan adalah sewaktu berbelanja seserahan. Saya merasa seperti dimanjakan oleh hubby. Membeli semua kebutuhan saya dari mulai make up, sepatu sampai underwear.

Setelah itu kami mulai mengurus penghulu hingga membagikan undangan. Untungnya persiapan pernikahan kami tidak mepet dan memakan waktu 5 bulan. Apalagi kami berdua hanya bisa mempersiapkannya saat weekend saja karena keterbatasan kendaraan dan waktu. Tetapi saya selalu menyempatkan diri berdiskusi dengan orang-orang. Alhamdulillah bantuan pun datang dengan lancar.

Saya ingat sewaktu membagikan undangan, mobil hubby sudah seperti rumah. Karena kami pergi seharian sehingga mobil penuh dengan makanan dan Aqua. Yang paling lucu juga adalah sewaktu kami terkena macet disepanjang Radio Dalam, hubby bertemu dengan 5 temannya dan teman-temannya bertanya " emang bener ya, lu mau nikah? " Hihihihihi

Makanya sekarang saya seperti mengulang hal yang saya lakukan hampir 10 tahun yang lalu. Bedanya kalau dulu, saya bisa 'sedikit' memaksakan keinginan saya, kali ini tidak. Masalahnya ini kan pernikahan orang lain, bukan pernikahan saya.

Jadilah sekarang saya jadi WO merangkap penasehat merangkap tukang nawar (kalau ada yang harus dibeli). Tapi saya sih, seneng-seneng aja ngejalaninnya :)

Tebet dan Bintaro

Saya menjadi warga Bintaro sejak bulan January 1987. Jadi sudah 25 tahun saya tinggal di Bintaro sejak kami meninggalkan Tebet.

Ceritanya beberapa waktu lalu saya jalan-jalan ke Tebet. Dan saya kaget banget, Tebet udah maju dan rame banget. Banyak kafe kecil-kecil didekat sekolah saya SMP 115 dulu. Pasar andalan saya waktu kecil, pasar PSPT juga udah berubah banget. Bakmi Berdikari udah bukan warung tenda kaya dulu.

Waktu saya ninggalin Tebet ada sedihnya juga. Karena saya meninggalkan teman-teman saya. Dan 25 tahun lalu Bintaro belum seperti sekarang. Dulu jam 7 malem, Bintaro rasanya udah sepiiiiii banget. Malah masih ada suara jangkriknya. Beda sama Tebet.
Dulu kalau misalnya ga punya buku gambar, mesti beli penggaris atau urusan sekolah lainnya. Saya tinggal jalan kaki ke Pasar PSPT ini. Tebet masih ramai dan sepertinya tidak tidak pernah tertidur walaupun malam sudah datang.

Lalu pelan-pelan Bintaro pun mulai berkembang. Dibanding 25 tahun lalu, memang sudah banyak banget perkembangan di Bintaro tempat saya tinggal. Bintaro juga tidak sepi lagi seperti dulu. Kalau dulu banyak yang bilang, Bintaro seperti tempat jin buang anak, saking sepinya. Sekarang tidak.

Buat saya Bintaro tidak jauh lagi seperti dulu, karena banyak wilayah lain yang lebih jauh dari Bintaro mulai berkembang. Misalnya Serpong atau Karawaci. Kendaraan umum pun sudah 24 jam melintasi kawasan rumah saya. Sepertinya Bintaro sekarang tidak pernah tidur.

Waktu saya berkunjung ke Tebet, rasanya pengen melihat rumah kami dulu. Tapi lucunya saya sudah tidak merasa homey lagi di Tebet. Mungkin karena sudah lama sekali meninggalkan Tebet. Tapi memang banyak sekali kenangan saya di Tebet ini. Makanya waktu jalan-jalan ke Tebet kemarin saya jadi sangat norak.

Bukan apa-apa, saya bisa dibilang jarang sekali berkunjung ke Tebet ini. Hanya karena ada kesempatan tertentu saja saya bisa berkunjung ke Tebet. Bukan seperti Blok M yang bisa saya lintasi setiap saat. Tetapi tetap saja, tiap kali berkunjung ke Tebet pasti ada kenangannya. Bagaimanapun, saya pernah menjadi warga Tebet bahkan pernah bersekolah di Tebet hingga bangku SMP.

Baking membaking

Setelah punya oven dan mulai belajar baking baru menyadari. Baking itu susah tapi menyenangkan hihihihihi...

Pertamakali ovennya di'abuse' bikin puding roti. Eh sukses. Abis itu bikin apple pie. Hasilnya not bad. Abis itu cupcake. Enak rasanya. Hihihihi...
Malah saya udah dapet order bikin cupcake tahun baru kemaren dari mama. Berhubung mama dan papa mau tahun baruan sama temen-temennya. Catet ya, orang tua saya punya acara tahun baruan, saya engga!
Jadilah saya bikin sekitar 30 cupcake. Ada yang mocca ada yang coklat. Sukses!

Setelah itu saya makin semangat ikut kursus kue. Kalau dulu ga semangat karena ga punya oven. Sekarang semangat dong, soalnya udah bisa praktek.

Rencananya tanggal 22 Januari besok mau ikutan kursus cake dasar di toko Jojo Bintaro dan yang ngajar dari NCC.

Semoga abis kursus besok ngebakingnya makin rajin dan makin banyak resep kue yang saya kuasai. Soalnya kata hubby kalo ovennya lebih banyak nganggur, ntar ovennya mau disimpen digudang aja huhuhuhu :(

Yang senengnya lagi, mama saya mulai melungsurkan cetakan-cetakan lamanya. Waktu saya kecil dulu mama saya hobby bikin kue. Dan juga buku resepnya yang tebel banget juga udah dikasih ke saya. Ah makin semangat aja ngebakingnya. Doakan saya ya...