Wednesday, September 30, 2009

Gula

Beberapa hari lalu saya nonton film berjudul Crossing Over. Film ini bercerita mengenai usaha beberapa imigran gelap dari beberapa negara yang berjuang untuk bisa tinggal di Amerika. Ada imigran Meksiko yang berusaha masuk melewati perbatasan tapi akhirnya mati sia-sia diterkam coyote. Ada artis kelas bawah Australia yang berselingkuh dengan seorang pegawai imigrasi demi mendapatkan greencard. Ada imigran Korea yang emang niat pindah ke Amerika demi memberikan pendidikan yang terbaik untuk anak-anaknya. Semua ingin ke Amerika. Karena Amerika amat menjanjikan bagi mereka.

Beberapa jam sebelum menonton film itu, dikereta perjalanan pulang dari kantor, iseng-iseng saya beli koran sore. Isinya tentang hal yang selalu terjadi dari tahun ke tahun yang menimpa Jakarta. Apalagi kalau bukan pendatang baru di Jakarta. Momok ini tidak berhasil dihilangkan oleh pemerintah. Semua orang ingin ke Jakarta, karena Jakarta amat menjanjikan bagi mereka.

Gemas rasanya melihat gadis 17 tahun yang nekad datang ke Jakarta seorang diri dari kampungnya dengan hanya berbekal sepotong alamat yang tidak jelas. Saya saja yang lahir, sekolah dan besar di Jakarta ga mau kalau mendadak disuruh ke bagian utara Jakarta tanpa bekal alamat yang jelas. Ya, saya besar di selatan Jakarta. Bagian utara Jakarta bukan wilayah yang sering saya injak, makanya saya ga mau sembarangan jalan kesana. Apalagi gadis 17 tahun itu. Alamat seperti Jl. Mangga no. 2 bisa ditemui dihampir seluruh wilayah Jakarta ini.

Walaupun pemerintah sudah mengatakan jangan datang ke Jakarta kalau tidak punya keahlian. Tetap saya dianggap angin lalu. Di koran yang saya baca dikatakan bahwa hampir semua pemudik yang pulang ke kampung halamannya selalu mengajak atau membawa teman/saudaranya datang ke Jakarta. Gimana Jakarta ga jadi semakin sumpek???

Saya ingat tahun lalu seusai lebaran, seperti biasa saya jogging minggu pagi bersama keluarga. Seusai jogging kami berkumpul disebuah warung untuk membeli air mineral. Waktu itu ada brosur mengenai pasar kaget minggu pagi, tapi kami tidak tahu posisi persisnya. Lalu papa saya bertanya pada si penjaga warung. Si penjaga warung menjawab dia pun tidak tahu, dengan malu-malu dia bilang " saya orang baru, Pak " dengan logat jawa yang kental. Langsung saja papa saya bilang " kamu baru datang dari kampung ya? ". Dia menjawab, " iya diajak teman ". Kami sempat bercakap-cakap dengan si pemilik warung itu. Katanya dia hanya lulusan SMP, tidak punya uang untuk melanjutkan sekolah. Sementara di kampung tidak ada pekerjaan, makanya dia mau saja diajak kakak temannya datang ke Jakarta. Ujung-ujungnya disuruh jaga warung, walaupun sebenarnya dia bosan juga melakoni pekerjaan yang baru 2 mingguan dia jalani.

Atau saat saya menonton wawancara seorang reporter TV dengan seorang pendatang baru Jakarta. Alasannya, dikampung cuma kerja disawah. Kalau di Jakarta bisa kerja di gedung bertingkat yang notabene lebih keren. Pengen punya uang banyak supaya bisa beli handphone, sekolahin adik dan kirim duit untuk orang tua di kampung. Waktu ditanya pendidikan, dia bilang cuma SMA. Waktu ditanya punya keahlian apa? komputer? bahasa Inggris? dia menggelengkan kepala. Tapi tekadnya bulat. Hendak menaklukkan Jakarta.

Amerika atau Jakarta, keduanya manis seperti gula. Keduanya memancing banyak semut untuk mendatanginya. Tidak peduli apakah mereka bisa berhasil atau tidak, yang penting mereka ingin mencoba untuk meraihnya dulu. Yang saya tidak mengerti, apakah mereka tahu kalau perjuangannya amat sangat berat?

Sunday, September 20, 2009

Senangnya lebaran

Waktu pemerintah akhirnya mengumumkan bahwa Idul Fitri akhirnya jatuh pada hari Minggu (20 Sept 2009). Hal pertama yang saya lakukan adalah : Membuka Facebook untuk me-reschedule acara kumpul-kumpul keluarga papa saya. Tadinya acara open house akan dilaksanakan pada hari Selasa akhirnya berubah menjadi Senin (21 September 2009).

Lebaran tahun ini saya juga berhasil membuat opor dari 4 ekor ayam dan sayur buncis dari 3 kg buncis yang sudah diiris-iris. Belum lagi tambahan asam padeh.

Lebaran tidak pernah membuat saya bosan dan selalu menunggu keriaannya (kecuali bunyi petasannya aja yang menyebalkan!!!). Dari mulai grasak-grusuk berangkat shalat Iednya. Jalan bareng dengan keluarga (papa, mama dan adik adik) menuju mesjid. Silaturahmi dengan warga di mushalla dekat rumah. Makan pagi dengan ketupat dan teman-temannya. Sampai bertemu dan berkumpul dengan keluarga besar kami semua.
Tradisi yang tidak pernah hilang adalah bagi-bagi salam tempel. Para anak atau mereka yang belum bekerja berkumpul menunggu pembagian salam tempel. Kalau anaknya asik main dan tidak peduli yang pembagian salam tempel??? yah orang tuanya yang menagih.
Saya pernah di posisi penerima salam tempel, tapi sekarang saya ada diposisi sebagai pemberi. Ga usah banyak-banyak yang penting keiklasannya.

Lebaran menjadi saat peningkatan gizi. Kapan lagi ketemu makanan enak dan spesial? Selain ketupat, opor dan sayurnya. Ada cheesecake, coklat, aneka buah semua terhidang dimeja. Sampai detik ini saya masih belum berani mengintip jarum timbangan :( (NGERI)

Lebaran juga menjadi waktu pelepas rindu dan lelah. Bertemu dengan sanak saudara yang tinggal dipulau yang berbeda. Pelepas lelah?? yaaa... saya menikmati libur lebaran untuk beristirahat. Walaupun kegiatan berkunjung masih padat, tapi dinikmati saja. Saat kewajiban berkunjung sudah selesai dan waktu liburan mendekati akhir, saya jalan-jalan dengan suami dari mall ke mall mengenang masa pacaran dulu (eh, sampai sekarang masih pacaran denk!).

Walaupun saya ga mudik dan cerita saya hanya seputar Jakarta, tapi saya tetap senang. Ya dong! kapan lagi menikmati jalan protokol Jakarta yang sepi?? cuma saat lebaran aja kan?




Friday, September 18, 2009

Mudik

Semalam sewaktu pulang dari buka bersama kantor di hotel Borobudur, sembari mengantar pulang seorang teman yang rumahnya di Ragunan. Kita (saya, Christina dan Nugroho) ngobrolin soal mudik. Rencananya Nug yang akan mudik hari ke-4 lebaran. Istrinya masih trauma akibat menempuh perjalanan Jakarta - Cirebon selama 20 jam!!!! Karena itu lebaran tahun ini mereka memilih mudik pada hari lebaran ke-4.

Disepanjang buncit banyak mobil yang kalau ditilik akan melakukan perjalanan mudik. Mungkin mereka akan menuju Cikampek lewat pintu tol Ragunan. Bisa dilihat dari penuhnya mobil mereka dengan beraneka barang yang bahkan sampai ada yang diikat dikap mobil.

Saya memang ga pernah mudik. Alhamdulillah punya suami juga ga pernah mudik. Karena keluarga besar kami sudah ada di Jakarta semua. Sampe suami bilang " kalau disuruh mudik, kita bingung kali ya?? "

Teman kereta saya bilang, kalau mudik ditangannya harus siap uang sebesar 15 juta untuk ongkos (bensin-tol-makan sepanjang perjalanan mudik) dan memberikan sedikit uang kepada para sanak saudara dikampung. Tapi itu belum termasuk oleh-oleh seperti kue, baju dan pernak-pernik lainnya.

Tadi pagi di stasiun Tanah Abang, peronnya sudah dipenuhi para pemudik. Walaupun sebagian dari mereka adalah masyarakat kelas menengah kebawah di Jakarta yang akan mudik dengan berdesak-desakan dikereta ekonomi tapi dari raut mukanya tampak bersemangat. Lucunya walau mereka sudah tahu susahnya perjalanan mudik, tapi mata saya menangkap ada yang mudik dengan menggunakan stilleto, baju yang sedikit terbuka (tank top) bahkan asesori yang melingkar di leher, lengan sampai anting ditelinga yang menjulur sampai nyaris mengenai pundak.

Jadinya, apa sih makna dari mudik?? bertemu dengan keluarga dikampung yang sudah kita tinggal untuk mencari nafkah di ibukota? atau pembuktian keberhasilan kerja keras kita di ibukota sehingga membuat para tetangga dikampung membelalakkan mata??

Apapun arti mudik, yang jelas makna utamanya adalah merayakan Lebaran bersama dengan keluarga dikampung. Tapi tolong, selesai mudik nanti ga usah bawa teman/saudara untuk ikutan datang ke Jakarta ya :D



Thursday, September 17, 2009

Obrolan kamar

Semalam saya buka puasa dikantor sementara hubby buka puasa dirumah saudara kembarnya sambil merayakan ultah papapnya. Tadinya saya mau nyusul, tapi batal mengingat transportasi yang kurang bersahabat. Minta izin hubby untuk ga datang. Begitu dibolehin, saya pulang kerumah mama saya dengan tujuan..... pinjam panci!!!!

Berhubung saat itu panas banget cuacanya, saya memilih ngadem dikamar tidur orang tua saya. AC dinyalakan hingga 18 derajat. Seperti biasa, TV dikamar tidur dipenuhi dengan sinetron-sinetron favorit mama yang ga boleh diganti dengan channel lain. Padahal tadinya saya pengen numpang nonton CSI.

Akhirnya papa, mama dan saya bertigaan dikamar sambil ngobrol-ngobrol. Awalnya dimulai dengan saya yang ribut melulu mengomentarin sinetron yang ditonton mama saya. Ngomentarin Ashraff Sinclair yang " kok kurang cakep " yah di sinetron ini?? Ngomentarin Dirly mantan runner up Indonesian Idol yang actingnya kaku banget. Nabila Syakib yang walau ga dimake up tetap cantik. Sampai ngomentarin pemeran antagonisnya yang lagi berakting marah sampai urat-urat lehernya keluar semua.
Lalu mama senewen dan bilang " aduuuhh... kamu berisik banget deh. Mama kan mau nonton, sana deh kamu nonton di TV luar aja!! ". Trus papa saya ikutan komentar " gini nih Tan, papa dijejelin sinetron melulu sama mama. TV kamar ini jadi TV sinetron. Makanya papa nonton di TV luar aja atau TV dikamar Lufti (adik saya) di sebelah ".

Saat iklan di TV, obrolan dilanjutkan lagi. Dari ngomongin pembantu saya yang lagi ditinggal kabur suaminya. Pencarian baju manohara buat pembantu saya. Dari mama saya, saya baru tahu kalau pembantu saya sampai menyimpan brosur Ramayana Depertemen Store ditasnya untuk ditunjukkan kepada mama saya, seperti apa baju manohara menurut versinya. " Kasian deh Tan, si Rum itu ngebet banget punya baju manohara, brosur Ramayana itu sampe bulukan kelipet-lipet didalam tasnya ". OK, saya akhirnya menemukan baju manohara seperti yang dimauin asisten RT saya. Terusan A Line dengan legging :D

" mama udah bilang Rum, ga usah kamu cari-cari suami kamu. Apaan tuh punya suami pemalas. Beli buku buat anaknya ga bisa, tapi main judi bisa. Minta duitnya sama si Rum lagi. Mending dia kerja... blablablabla... " mama saya mulai ngomel-ngomel menceritakan tabiat suaminya asisten RT kita yang memang menyebalkan. Saat sinetron mulai, mama nonton lagi dengan serius. Sementara saya ngobrol dengan papa saya.

" Tan, papa pengen beli notebook baru ah, itu notebooknya Lufti kekecilan (notebook adik saya yang dihibahkan ke papa ukuran 10'). Papa pusing kalo ngetik pake notebook itu " kata papa saya. " Tan, mama juga mau beli notebook ah " tiba-tiba mama saya menyambar, sementara matanya masih ke arah TV. " Buat main freecell, kalo monitornya gede kan enak ngeliat kartunya gampang " sambung mama. Saya ketawa, papa juga. Gimana engga? beli notebook cuma buat main freecell doang???

Lalu papa saya menanyakan kenapa saya masih belum juga mengganti HP saya? saya bilang males. Toh yang saya pake sekarang, walopun umurnya udah 5 tahun masih bekerja dengan baik. " Papa mau ganti yang ini " kata papa sambil menyodorkan sebuah brosur HP. " Ini buat denger musik juga. Kan papa perlu ganti hp, hp papa udah tua nih. Kata Yessy (adik bungsu saya), yang ini harganya 1.3jt. Gimana menurut kamu? bagus ga? ". Lalu mama saya menyambung, " kalau papa ganti hp, mama juga ya ". Oalaaaahhh... FYI, papa saya ganti hp 1 tahun lalu, mama saya 6 bulan lalu. Sementara saya?? 5 tahun lalu!!!!!

Saat iklan, mama saya mempertanyakan kemampuan saya memasak opor dan sayur buncis buat lebaran. " Kalau kamu ga sanggup, sini mama aja yang masak. Besok bawa aja kerumah mama bahan-bahan yang udah kamu beli ". Tapi saya menolak! Mendingan saya yang masak deh, daripada saat lebaran nanti mama saya sesak nafas karena asmanya kumat akibat kecapean.

Obrolan penting-ga penting ini terus berlanjut dengan topik-topik yang lain. Soal Facebok, " pa, Intan ketemu temen muda papa tuh di Facebook, jangan lupa di add ya " lapor saya. Soal zakat yang akan kami bayar bersama-sama. Soal kue lebaran, soal ini-soal itu. Satu jam kemudian, suami saya datang menjemput. Lalu saya mengambil panci yang hendak saya pinjam dari mama saya.

Hampir 1.5 jam saya bertigaan dengan papa dan mama saya adalah suatu hal yang jarang terjadi. Saya sudah sibuk dengan keluarga kecil saya, urusan kantor, dll. Mama dan papa saya juga sibuk dengan urusan PKK, bermusik, senam tera, pengajian, urusan mushalla dan lain-lain. Obrolan penting-ga penting tadi jadi lebih bermakna buat saya. Tujuh tahun saya menikah dan keluar dari rumah orang tua saya, membuat saya kangen dengan suasana seperti itu.




Tuesday, September 15, 2009

Baju Manohara

Ceritanya sejak dulu mama saya punya kebiasaan memberikan hadiah baju kepada para asisten rumah tangga yang ada dirumah sebelum mereka mudik.

Duluuuuu banget, saya ingat waktu mama saya membelikan saya celana jeans Giordano. Si asisten RT juga meminta jeans yang sama seperti saya. Tak hilang akal, mama saya membelikan celana jeans bermerk Pitano dari tanah abang. Tak lupa mama bilang " sama kan kaya punyanya mbak Intan, ada No.. No.. nya juga " hihihihihi

Semenjak saya punya rumah dan akhirnya bekerja, saya mengikuti kebiasaan mama saya. Tapi berhubung asisten RT yang bekerja dirumah sudah memiliki anak. Saya membelikan baju untuk anak-anaknya saja. Biasanya baju-baju pesta saya belikan untuk anak-anaknya. Dan selepas lebaran, begitu dia kembali bekerja dirumah saya, saya mendengar komentar " Mbak, baju anak saya paling bagus dikampung loh. Makasih ya ". Saya sih senang-senang saja. Walaupun baju yang saya belikan harganya tidak seberapa, mungkin pilihan modelnya yang agak lain dibanding baju-baju pesta lain.

Hari ini saat saya sedang asyik-asyik mengerjakan tugas kantor seperti biasa. Tiba-tiba telpon meja saya berbunyi ternyata dari mama saya. Mama bertanya apakah saya tetap akan membelikan baju untuk anak-anak asisten RT. Saya bilang iya.

Lalu mama saya bilang " Tan, si Rum barusan bilang sama mama katanya dia pengen baju buat anak-anaknya itu baju Manohara.... ". Huaaaa??? kayak apa modelnya??? nonton sinetronnya aja ga pernah. Mama saya aja bingung, apalagi saya. Huahahahahaha :D

PS : sampai lebaran nanti kayaknya bakal banyak cerita2 menjelang lebaran...

Monday, September 14, 2009

perbaikan gizi

Kalau lebaran semua orang mendapat perbaikan gizi instant. Gimana engga? dalam 2 hari lebaran pasti perut kita dipenuhi banyak makanan enak??

Saya contohnya. Habis shalat Ied, sudah pasti kami makan bersama makanan made in mama. Kalau tahun ini saya jadi ikutan masak, semoga masakan saya tetap seenak masakan mama. Sebut saja ketupat, rendang, opor ayam, sayur buncis, sambal goreng kentang dan ati. Rendang buatan mama saya, rasanya juara banget. Beda dengan rendang made in restaurant padang. Rahasianya? rendang dimasak seharian penuh. Kalau mama saya mulai memasak rendang saat subuh, rendang baru bisa dinikmati saat magrib. Selama itu pula tangan tidak berhenti mengaduk santan yang sudah bercampur bumbu. Artinya kita akan mendapat rendang berwarna coklat kehitaman dengan daging yang empuk dan bumbu yang renyah. Kalau kita minta sebelum itu? ga bakalan dikasih sama mama saya!!!!

Setelah itu saya kerumah mertua. Disana sudah ada semur lidah yang menunggu untuk dicicipi. Belum lagi kebiasaan mertua saya menghidangkan kue lapis legit saat lebaran.

Dari rumah mertua, perjalanan saya dilanjutkan ke Pondok Indah (rumah kakaknya mama yang paling tua). Selain masakan standar lebaran (ketupat cs). Kami juga disuguhi masakan khas Palembang (tante saya wong Palembang). Bosan makan ketupat ada mpek-mpek Palembang hingga Tekwan. Favorit saya adalah kue khas palembang yang namanya Mesubah. Kue yang bentuknya hampir mirip dengan lapis legit ini menjadi incaran saya. Konon kue lengket ini hanya dibuat dari telur, susu kental manis dan terigu dan dimasak berjam-jam. Rasanya maniiiiiiiss sekali. Cukup makan 1 iris saja karena kalau kelebihan berefek enek (ini terjadi disaya loohh mungkin karena kuenya terlalu manis...).

Dari Pondok Indah, kami menuju Tanah Kusir. Disini kami mengunjungi sepupu mama lagi. Kalau mau kesini, biasanya ada teriak-teriak " yuk makan bakso di Tn. Kusir!! ". Yup, selain ketupat Tante saya menyediakan BAKSO. Soalnya beliau tahu, banyak orang yang udah kebanyakan makan ketupat. Makanya beliau menyediakan makanan alternatif lainnya, yaitu bakso.

Dari tanah kusir, perjalanan diakhiri di Cilangkap. Disini kami kembali menikmati ketupat, opor dan rendang. Tapi campuran lainnya?? Sayur kacang panjang dengan kuah tauco Medan yang pedaaaassss....

Hari lebaran kedua barulah saya berkumpul dengan keluarga papa saya.

Dulu waktu bude saya masih ada. Kalau ngumpul dirumah beliau, kita tidak makan ketupat lagi. Tapi bude menyediakan... Rawon!!!! lengkap dengan lalapnya dan sambel hasil ulekan tangannya yang pedasnya amit-amit tapi malah bikin ketagihan. Hubby saya bisa nambah sampai 3x kalau udah makan dengan sambel made in bude.

Dari semua makanan diatas itu belum termasuk kue, puding, buah, es krim. Kan kalau lebaran semuanya menyediakan makanan yang enak-enak.

Pantas saja banyak yang bilang " puasa turun 5 kilo, pas lebaran, naik lagi 10 kilo!!! "


lebaran dan kebiasaan

Tadi pagi sewaktu kereta saya masuk st. Tanah Abang, saya mulai melihat kesibukan para pemudik yang sudah mulai bergerombol memenuhi peron stasiun. Tunggu saja 3-4 hari lagi. Akan lebih banyak lagi pemudik yang bergerombol menunggu kereta.

Minggu lalu saya ketar-ketir menunggu konfirmasi teman saya soal penukaran uang receh. Yup, saya mau menukar uang sebanyak 500 ribu menjadi pecahan 5000an.

Kemarin mama saya menelpon saya dan bertanya apakah saya jadi membantunya memasak untuk lebaran tahun ini. Apalagi nanti juga bakal ada Open house dirumah mama saya. Saya sih menyanggupi dan kita berbagi tugas. Mama saya masak ketupat, rendang dan sambal goreng kentang. Sementara saya memasak opor ayam, sayur buncis dan asam padeh daging.

Waktu saya sedang asyik tidur-tiduran dirumah weekend kemarin. Seorang teman menelpon saya dan mengajak saya bertemu disebuah mall diselatan Jakarta untuk buka puasa bersama. " Disini lagi ada sale, trus disana mau ada midnight sale. Gue belum punya baju lebaran nih ".

Sejak sebelum lebaran, saya tidak berhenti-henti mendapat tester kue lebaran. " Kue gue enak nih, pakai keju edam " atau " kue itu enak banget, kejunya berasa, gue rasa menteganya pakai yang import ".

+++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++

Minggu lalu saya ngobrol sama hubby. Saya ngerasa bahwa kita lebih banyak kebiasaannya dalam merayakan lebaran. Sebut aja salam tempel, makan ketupat, kue nastar, mudik hingga baju baru.
Hampir semua kebiasaan diatas saya lakukan. Cuma mudik yang tidak saya lakukan karea keluarga besar kami (saya dan hubby) sudah berkumpul di Jakarta. Baju baru? sesekali iya, tapi kalau masih ada baju yang belum sempat terpakai, saya ga beli baju baru deh.

Tapi saya juga ikut kebiasaan mencari yang recehan. Saya ikut memilih-milih kue nastar, putri salju dan kue lebaran lainnya. Dan sudah pasti. Saya pasti makan rendang buatan mama saya yang rasanya??? Lezaaattt...

Padahal kalau dipikir-pikir, di Arab sana mungkin hanya shalat Ied lalu dilanjutkan dengan saling silaturahmi. Mungkin mereka tidak menyuguhkan kue nastar atau makan ketupat. Atau kebiasaan saling memberikan salam tempel.

Jadi inget 3 tahun lalu, saat sedang merayakan lebaran saya mendapat SMS dari seorang teman

" Minal Aidin Walfaizin, mohon maaf lahir batin. Puas2in makan ketupatnya. Jangan lupa sisain gue kue nastar dan rendang nyokaplu ya.. "

Lalu saya balas :
" Sama-sama ya. Maaf lahir bathin juga. Emang lu ga makan ketupat? "

Balasannya :
" Gue lagi training di Jerman. Orang2 pada makan ketupat gue makan kertas-kertas training. Pengen nangis rasanya lebaran kayak begini "


Friday, September 11, 2009

Teman Masa Kecil

Waktu masih SD dulu, mata pelajaran yang paling saya benci adalah matematika (kayanya sampe sekarang deh). Hingga akhirnya orang tua saya sampai harus menyuruh saya mengikuti les privat matematika dengan guru matematika saya dulu (Alm. Pak Hadi).
Sedikit cerita tentang Alm. Pak Hadi. Beliau adalah guru matematika kelas VI di SD saya dulu. Orangnya terkenal killer. Kebiasaannya memukulkan penggaris kayu papan tulis ke meja untuk mendiamkan kelas yang ribut. Makanya dulu kita paling malas duduk dikursi paling depan. Alm. Pak Hadi nampaknya sudah menjadi 'icon' SD saya. Terbukti saat kami reuni SD kemarin, hampir semuanya bertanya soal pak Hadi. Saat itu juga saya baru tahu kalau pak Hadi sudah meninggal dunia.

Lalu saya akhirnya ikut les privat bersama Verena, Ira, Tiffanny dan Fajar (Fajar ini satu-satunya cowo diklub privat kami dan saya juga baru tahu kalau ternyata dia adalah kakak kandung artis Deswita Maharani). Kita belajar 3 kali seminggu dirumah Verena. Bukan cuma matematika, tapi Pak Hadi juga mengajar mata pelajaran lain sebagai persiapan masuk SMP.

Lalu kami masuk SMP yang berbeda. Lost contact dan hilang....

Tahun 2004 saya bertemu dengan Tiffanny atas jasa Friendster setelah lost contact dari tahun 1987. Kami sempat makan malam berdua dan ngobrol lama. Lucunya... Tiffanny yang bekas anak Trisakti ternyata berteman akrab dengan pacar sahabatnya suami saya. Ooohh... kecilnya dunia...
Obrolan pun jadi seperti merangkai-rangkai pertemanan

" oohh... jadi lu kenal sama si XXX? ".
" gue sahabatnya dia di Trisakti "
" pacarnya sahabat suami gue dari SMA "
" berarti lu kenal sama si Anu dong? "
" kenal "
" si Itu? "
" kenal juga "
" si Dia? "
" kenal semuanyalah kan semuanya temannya suami gue "
" jangan-jangan suami gue temenan sama suami elu lagi "
" suamilu kuliah dimana? "
" STEKPI "
" suami gue juga kuliah di STEKPI "
" Oalaaaahhh.... "

Saat mengenal Facebook, teman-teman SD yang tadinya menghilang muncul kembali.

Dua hari sebelum bertemu Verena saya berdiri kurang dari dua ratus meter dari rumahnya. Waktu itu saya dan hubby mendatangi sebuah kantor dikawasan tebet. Saya bilang ke hubby " dirumah itu tahun 85-86, aku les matematika tiga kali seminggu ".
Dua hari kemudian, tidak sengaja saya menemukan FBnya Verena di FBnya salah satu teman SD saya. Dari FB, tukar-tukar no hp, sisanya tebak saja sendiri. Yang jelas berakhir happy.

Dengan Ira saya bertemu saat teman-teman SD membuat reuni kecil-kecilan. Akhirnya bisa ditebak juga. Ketemu Ira, awalnya jerit-jeritan. Kangen-kangenan. Habis itu kita cerita banyak soal kehidupan kita setelah lulus SD.

Hingga saat ini saya belum bertemu dengan Fajar. Teman-teman lain berusaha mencari FBnya tapi belum ketemu. Semua lost contact dengannya. Masak mau nanya ke Deswita Maharani adiknya??? hihihihi

Hari ini seorang teman SD memposting foto kami bertiga di FB. Intan-Ira-Verena. Sayang Tiffanny waktu itu tidak datang dan Fajar belum ketahuan rimbanya.
Kalau pak Hadi masih ada, rasanya pengen juga ketemu beliau. Apa kata beliau ya, yang dulu kami les matematika padanya. Dua puluh tahun kemudian kami sudah menjadi ibu-ibu seperti ini?? Apakah beliau masih galak pada kami seperti dulu??

Tuesday, September 8, 2009

Farmville

Saya lagi kecanduan game ini. Game Farmville yang ada di Facebook dikenalkan seorang teman kantor minggu lalu. " Hayo dong ikutan main, lu jadi tetangga gue ". Awalnya saya malas. Tapi karena dibujuk-bujuk terus... ikut juga saya main. Saya pikir, buat iseng aja daripada ngegosip jam istirahat (karena ga makan, jam istirahat dipakai buat shalat lalu... ngobrol).

Lalu saya mulai 'menata' ladang saya. Menanami ladang saya dengan berbagai bibit. Mulai naik level. Koin emas saya makin banyak. Saya mulai belanja ternak (sapi, ayam, domba). Semakin tinggi level, bibit yang ditawarkan makin banyak. Saya bisa memperluas ladang saya untuk investasi (makin luas ladang, makin banyak bibit yang bisa saya tanam). Lalu mulai menghias ladang saya dengan pagar untuk ternak-ternak saya. Tidak lupa juga membeli beberapa pohon. Kalau ada waktu, saya iseng bekerja diladang teman-teman saya sambil mengumpulkan koin emas dan menaikkan level. Oh... jangan lupa saling memberikan hadiah untuk para tetangga ladang saya. Hihihihihi.... *lucu juga jadi petani gini*

Lalu saya mulai kecanduan. Beberapa bibit bisa dipanen dalam hitungan jam. Sehingga saya harus pintar mengatur waktu saya. Jangan sampai hasil panennya layu. Selain itu harus bisa memilih, mana hasil panen yang nilai jualnya tinggi. Kalau hari kerja, saya memilih menanami ladang saya dengan bibit yang tumbuhnya berhari-hari. Biar saya juga ga stress harus memanen ladang saya tiap hari.

Kalau ngobrol, para 'petani' ini membicarakan ladang kita masing-masing. Siapa yang levelnya paling tinggi. Saling meminta hadiah dari yang lain. " Kirimin gue kuda dong, belum punya kuda nih. Kalau babi sih udah ada empat ".

Hubby yang ga ikutan main jadi ikutan repot. Kemarin sewaktu internet kantor saya down selama 2 jam (dari jam 11-1 siang), saya stress. Karena saat jam 12 itu saya harus memanen labu dan terong saya. Huhuhuhu...
Akhirnya saya menelpon hubby dan 'memaksanya' memanen ladang saya. Untung hubby mau walaupun sambil menggerutu. " Pokoknya abis dipanen labu dan terongnya, langsung tanami gandum aja ya. Gandum tumbuhnya 3 hari kok ". Hihihihihi... udah minta tolong memanen, saya masih memintanya menanam pula!!!

Weekend minggu lalu waktu ada acara buka puasa dengan beberapa, saya merajuk minta pulang agak cepat. " Aku harus panen padi malam ini jam 10 ". Hubby langsung melotot mendengar alasan saya. Hihihihihi :D

Ga tau sampai kapan kecanduan saya ini berlangsung karena saya termasuk pembosan. Yang bikin semangat beberapa teman kantor ikutan main, jadi kita saling bersaing menaikkan level. Apalagi kalau ada yang bilang " gue dong udah bisa beli traktor ". Langsung deh kerja gila-gilaan. Soalnya pengen punya traktor juga :D
Untungnya game ini tidak mempengaruhi pekerjaan asli saya sebagai personal assistant dikantor ini. Mengingat juga, Facebook di block saat jam kerja.

Jadi, siapa lagi yang mau ikutan main???

Monday, September 7, 2009

Gempa

Lima tahun di kantor sini, tiga kali ngerasain gempa.

Tanggal dan tahunnya lupa, tapi gempa pertama waktu itu jam bubaran kantor. Pokoknya saat gempa, saya terbirit-birit keluar gedung (sebenarnya mau pulang juga sih). Dan gempanya juga ga begitu lama.

Gempa kedua pas Jogya kena tsunami. Lucunya saat itu saya lagi pusing, makanya saya pikir goyang karena efek dari pusingnya saya :D
Boss saya sibuk nanya-nanya " did you feel it?? did you feel it??? " Saya cuma geleng-geleng sambil bilang " ooo... ternyata itu gempa tooohh... "

Gempa ketiga minggu lalu. Saya lagi enak-enak ngitungin expenses boss saya (secara udah akhir bulan). Tiba-tiba semua bergetar. Lucunya saya sempat melongok keluar ruangan saya, siapa sih yang lari-lari?? Trus meja saya bunyi kreeekk...kreeekkk.... saya liat curtain ruangan saya goyang-goyang. Wah ini sih gempa.....!!!!!!
Baru aja terpikiran gempa, seorang teman kantor teriak-teriak " earthquake!!! earthquake!!! ". Alhasil kita lari semua ke tangga darurat. Saya cuma ambil Hp dan dompet.
Saat lari ditangga darurat, masih pada goyang. Saya pusing. Bahkan ada beberapa orang yang berdoa. Saya masih terima telpon dari hubby dan adik saya. Semuanya pada concern karena saya yang berada diposisi paling tinggi (gedungnya).

Gempa terakhir adalah gempa terdahsyat dan terlama yang saya rasakan. Pantas karena pusat gempanya juga tidak terlalu jauh dari Jakarta. Setelah gempa, pihak managemen gedung meminta para tenant memulangkan karyawannya. Saya pulang nebeng boss saya kerumah mertua.

Kamis paginya kaki saya keram berat. Uratnya ketarik dari tumit hingga paha atas. Dua hari saya jalan terpincang-pincang dikantor. Memang saya saya juga udah ngalamin berkali-kali latihan kebakaran. Bedanya kalau latihan kebakaran, kita turun sambil ngobrol, ketawa dan bercanda dengan teman. Walaupun lewat tangga darurat, tapi tetap santai. Saat gempa kemarin, tidak ada santainya. Semua panik dan stress.
Alhamdulillah kita semua baik-baik saja. Turut berduka cita untuk para korban gempa di Jawa Barat.

Tuesday, September 1, 2009

Puasa....

Alhamdulillah kita udah masuk 10 kedua di bulan Ramadhan. Saya udah bolong 7 sih.
Kemaren (31 Agustus) ada saudara yang meninggal dunia. Saya pun melayat kerumahnya. Ceritanya lagi asik-asik ngantuk dikantor, tiba-tiba dapat kabar kalau ortunya salah satu tante meninggal dan mama meminta saya datang melayat (bukan cuma saya aja, tapi adik-adik serta mama dan papa sendiri). Karena hubungan kita masih lumayan dekat.

Anywaaayyy....
Selama ini saya cukup diberi kemudahan oleh Allah SWT untuk berpuasa dikantor, dimana semuanya tidak terasa. Lapar, haus tidak begitu terasa karena saya selalu ada diruangan ber-AC dan sambungan internet penghilang bosan.

Kemarin??? saya berpuasa dibawah terik matahari (dipemakaman). Panas dan kegerahan saat shalat jenazah dan menunggu saat jenazah dibawa kepemakaman. Bahkan awalnya saya ikutan sibuk lari sana-sini menyiapkan rumah sebelum jenazah datang (meninggal dirumah sakit).
Benar-benar cobaan...

Makanya saat pulang dari pemakaman beberapa jam sebelum buka, saya dan sepupu-sepupu bilang " waduuuhh, kayanya nanti pas buka enaknya minum Nu Green Tea 2 botol tambah es kelapa niiihh ". Hihihihi

Alhamdulillah kita semua bisa bertahan sampai magrib. Jam 19.20 baru kita pulang kerumah.

Owiyah, akhirnya saya masuk juga ke Taman Makam Pahlawan Kalibata dan ikut upacara pemakaman ala militer.