Wednesday, July 21, 2010

Sukabumi Trip (omel-omelan)

Sukabumi Trip ini adalah yang ke-2 kalinya. Pertama kalinya dulu waktu proses melamar (sekitar bulan April). Dan kali ini adalah proses pernikahannya.

Sejak awal urusan ini jadi masalah yang diomongin sama seluruh keluarga besar saya. Dari pihak keluarga calon mempelai wanita yang tidak ada tenggang rasanya dengan keluarga kami. Bayangkan aja, kami harus menempuh perjalanan 5-6 jam untuk sampai di Sukabumi belum lagi usia tante saya (ibu mempelai pria) yang sudah mencapai 60 tahun lebih. Tanpa mengurangi rasa hormat, kami hanya minta pengertiannya aja. Tidak lebih tidak kurang. Tapi tidak ada respon dari keluarga pihak perempuan. Dan semuanya tanpa alasan yang jelas. Pokoknya akad nikah tanggal 17, dan resepsi tanggal 18. Titik.

Ditanya baik-baik soal baju seragam keluarga tapi tidak ada respon. Padahal keluarga kami hendak membuat semuanya menjadi sesimple mungkin. Dan karena kita tidak segampang itu mau memakai baju sewaan. Apalagi untuk orang tua macam mama saya yang ukuran badannya lumayan gemuk. Daripada nanti mama saya ribut " kesempitan " atau " kelonggaran ". Mendingan dari awal kita bilang tidak memakai seragam. Toh akan mengurangi biaya dari pihak mereka juga. Tapi mereka tidak peduli. Semua pertanyaan kita tidak pernah diberikan respons.

Urusan pernikahan digedung sudah jadi makanan sehari-hari keluarga kita. Saya, adik, kakak sepupu hampir semuanya menikah digedung. Memang sih, jangan samakan antara pernikahan gedung ala Jakarta dan Sukabumi. Tapi plis deh, gedungnya kotor, karpetnya kotor. Padahal pernikahan tersebut bisa menjadi cerminan keluarga si pengantin kan?? Kan malu kalo jadi cemoohan tamu.

Lebih baik pernikahan tersebut diadakan sederhana daripada mau mewah tapi jadinya berantakan. Siapa juga sih yang malu kalau bukan keluarga si pengantin??

Tuesday, July 13, 2010

Road Trip

Weekend ini kemungkinan saya akan road trip lagi ke Sukabumi. Sebenarnya karena ada sepupu yang menikah disana, jadilah kita dari Jakarta boyongan kesana.
Kalo sudah soal packing-mempacking, hubby jauh lebih pro dari saya. Selain karena dia lebih sering dapat tugas keluar kantor, hubby jauh lebih telaten daripada saya :D

Dia hanya menyuruh saya menyiapkan handbag beserta isinya. Urusan koper / travelling bag jadi bagiannya. Itupun masih berkali-kali dia ingatkan kesaya. Ini jangan lupa, itu jangan lupa. Kalo road trip begini yang ga boleh ketinggalan adalah obat tolak angin, minyak kayu putih, pashmina dan segepok tissue. Okaaaayyy.... saya gampang masuk angin kalo perjalanan. Bukan rahasia lagi, tolak angin dan minyak kayuputih ada didalam makeup pouch saya. Berbaur dengan lipstick, blush on dan mascara LOL

Urusan road trip ini sebenarnya susah-susah gampang. Sukabumi ditempuh dalam waktu 5-6 jam dari Jakarta (dengan kondisi macet disepanjang Lido dan jalanan yang rusak serta melewati beberapa pasar disepanjang perjalanan). Sebenarnya waktu sepupu saya memutuskan menikah, kami agak kecewa dengan keluarga pacarnya. Bukan apa-apa, tahu bahwa kami harus menempuh perjalanan berjam-jam dari Jakarta, tapi tidak ada tenggang rasanya untuk membuat semuanya menjadi mudah dan simple. Mereka memaksa harus A, B, C, D,.... Z tanpa memikirkan kami yang datang dari Jakarta.
Untung waktu itu kakak sepupu saya bilang " untung bukan elu yang jadi MCnya waktu lamaran kemaren, bisa ngamuk kali elu ya ". Hihihihi.... saya gemas aja. Bisa-bisanya si bapak calon mempelai wanita minta pernikahannya dilangsungkan hari Rabu. HAH??? sementara hampir semua dari kami adalah orang bekerja.

Anywaaaayyy.... Insya Allah road trip akan tetap berlangsung. Buat saya sih, saya nikmatin aja perjalanannya. Bercanda2 dengan para sepupu saya disepanjang perjalanan atau merekam perjalanan tsb dengan kamera pocket digital saya. Sementara mulai hari Kamis, hubby akan mulai packingnya. Agar tidak ada yang tertinggal.

Monday, July 12, 2010

Twilight Saga : Eclipse

Hari Sabtu kemaren saya menonton film ini. Hmmm... bisa dibilang Eclipse ini jauh lebih seru ketimbang dua film sebelumnya. Apalagi New Moon yang saya anggap seperti nonton Bella yang dalam masa labil karena kerjaannya cuma menghayal, jerit-jerit, nangis kayak besok mau mati aja :D

Tahun lalu, saya menonton film Twilight sebelum memutuskan membaca bukunya. Gara-gara hubby bilang dia punya film baru di komputernya. " Pasti kamu suka deh ". Gak taunya Twilight. Saya nonton cerita soal si vampir tampan ini. Setelah itu? saya beli bukunya semua dan saya tuntaskan membacanya dalam waktu 2 bulan lebih sebagai teman perjalanan saya dikereta tiap hari.

Saat New Moon mulai diputar, saya ga bela-belain nonton. Kalau keburu nonton OK, kalo ga keburu gak apa-apa. Lalu Eclipse datang....

Sejak awal Eclipse mulai diputar dibioskop-bioskop Jakarta, saya mengajak hubby nonton. OK.... hubby nolak!!! Tanpa tedeng aling-aling dia langsung bilang " ENGGA MAU ". Tapi saya tetap maksa hihihi...

Tau-tau pertengahan minggu lalu dia mendadak mau. Malah dia sering minta saya ngecek di Bintaro Plaza udah main belum??? Dan kenyataannya sampe weekend kemarin Bintaro Plaza 21 belum main juga itu film Eclipse. Masih kalah pamornya sama film Pocong Keliling rupanya :))

Weekend kemaren hubby ngajak saya nonton di Pondok Indah Mall. Saya sampai terkejut-kejut ga nyangka. Ada apa dengan si hubby yaaa....
Jam 1 siang kami berangkat ke PI Mall. Lalu membeli tiket jam 16.35 karena pertunjukkan jam 14.10 udah mulai berjalan.

Saat nonton saya perhatiin si hubby banyak senyum-senyum atau cekikikan sendiri. Kalau ngeliat si Jacob yang lebih sering topless hilir mudik kesana-kemari disepanjang film. Pertikaian antara Edward dan Jacob yang makin seru. Hmmmm.....

Selesai nonton waktu kita makan, saya tanya sama hubby. Kenapa dia mau saya ajak nonton?? Jawabannya sederhana. Hubby saya kepincut nonton Eclipse karena membaca sinopsisnya di majalah Tempo. Leila S Chudori menulis sinopsis dengan sangat lucu dan menarik sehingga membuat hubby saya penasaran ingin menontonnya. Seperti apa sih dadanya Jacob yang katanya six pack seperti parutan keju?? atau apa benar kata-kata Edward kepada Bella sewaktu mereka bertemu Jacob dan Edward berkata " dia ga pakai baju? " :))
Hubby saya senyam-senyum melihat Jacob yang hilir mudik hanya dengan celana pendek saja memamerkan dada parutan kejunya bahkan hingga dipuncak gunung bersalju sekalipun. Pantesaaaaaaannn......

Jadi siapapun yang hendak memaksa pacar/suami kalian nonton Eclipse tapi ditolak. Sodorin aja majalah Tempo tersebut dan minta pasangan kalian membaca sinopsisnya, mungkin bisa bikin mereka penasaran untuk menonton film tersebut juga :D

Friday, July 2, 2010

Persaingan

Suka sadar ga sih kalau dari kecil kita udah hidup dalam persaingan?
Waktu kita baru lahir, sudah ada persaingan. " Kok bayinya kecil amat sih bayi saya beratnya normal tuh? " atau " Itu bayinya gede amat? masak baru lahir udah obesitas? pasti ibunya diabetes deh ".

Waktu kita mulai besar, urusan gigi yang terlambat tumbuh atau soal telat belajar jalan aja jadi obyek persaingan. " Kok udah umur segitu masih belum bisa jalan? anak saya cepet loooh... sekarang malah udah bisa lari ". Trus soal minum susu dibotol, soal makanan, soal tidur siang. Itu belum dalam masa sekolah loh.

Dalam masa sekolah, persaingan menjadi lebih kejam lagi. Dari urusan pelajaran, nilai ulangan, bikin PR, nilai raport, kerapihan buku catatan atau urusan diluar urusan sekolah tersebut seperti sepatu bermerk, tas sekolah, masa liburan, uang jajan dan hal-hal lainnya. Kalau dulu persaingan hanya milik orang tua atau keluarga saja. Dimasa sekolah ini persaingan menjadi 'hak' semua orang. Sebut aja, teman, orang tua, orang tua teman bahkan guru. Semua orang boleh menjadi hakim, atau juri dalam lomba persaingan ini. Tanpa kita sadari kita pernah menjadi bagian dari persaingan itu sendiri.

Masuk dunia kerja persaingan akan lebih dahsyat lagi. Kadang-kadang malah bisa menelan korban. Menjilat, dijilat, memfitnah menjadi asesoris utama dalam persaingan ini. Korban yang jatuh beraneka ragam. Dari yang cuma diam saja sampe ada yang memutuskan keluar dari pekerjaannya akibat engga tahan berada dalam lingkungan tersebut.

Persaingan memang hal lumrah yang terjadi didunia ini. Namanya juga orang hidup pasti ada persaingan. Ada yang bilang juga kalau persaingan membuat kita fokus dalam menjalani hidup, ini buat persaingan positif yaaa.... misalnya kita fokus mau meraih juara kelas disemester ini. Pastinya kita akan belajar mati-matian untuk meraihnya. Fokus mau meraih gelar pegawai teladan, pasti kita akan kerja mati-matian untuk meraihnya.

Tapi pernah tahu ga kalau persaingan itu bisa melahirkan trauma? apalagi buat para anak yang sejak kecil sudah dibanding-bandingkan dengan anak lain? Misalnya gini :

Waktu kecil misalnya dia susah makan, disuruh makan aja sampe setengah mati nyuruhnya :
" kamu gimana sih? disuruh makan aja susah. Liat tuh si Anu pinter. Makannya gampang, makan sayurnya banyak, makanya dia jadi pinter ".

Lalu si anak ga bisa naik sepeda :
" Masak naik sepeda aja ga bisa sih? si Anu tuh udah pinter naik sepeda. Makanya kamu makan yang banyak biar pinter naik sepeda "

Trus si anak ga bisa berhitung :
" Masak kamu ga bisa menghitung perkalian 1 sampai 10 sih? tuh si Anu udah bisa sampai perkalian 12. Kamu naik sepeda aja ga bisa, apa lagi ngitung perkalian "

Terus berlanjut hingga dewasa, saat si anak cuma masuk kuliah dengan jurusan yang standar.
" Tau ga, si Anu kuliahnya udah jurusan Teknik Fisika, udah selesai S2nya. Sekarang dia lagi ngambil S3. Trus sekarang aja di udah diminta banyak perusahaan top lho. Gak kayak kamu kuliahnya begitu-begitu aja ".

Pernah ngerasa ga kalo ada yang tertekan disini? Sadar ga kalau persaingan tersebut bisa menimbulkan trauma? Saya juga baru tahu ini setelah saya membaca sebuah artikel tentang persaingan ini. Saya jadi sadar kadangkala saya melakukan itu pada keponakan saya atau siapapun mereka. Susah makan, susah minum susu, susah tidur siang, gak mau belajar, maunya main PS terus pasti saya bilang itu. Duh jadi ngerasa bersalah.

Jadi para orang tua, calon orang tua dan siapapun yang membaca ini. Berilah nasehat yang baik pada anak dan jangan sampai menimbulkan trauma pada mereka dikemudian hari :)

Thursday, July 1, 2010

Males apa emang ga bisa???

Saya sebal sama orang yang belum apa-apa udah bilang " ga bisa!! " atau begitu ditawarin kerjaan sesuatu langsung bilang " males!! ". Gemes banget rasanya.
Beberapa hari belakangan ini saya sering berhadapan dengan orang-orang macam begini.

Dasarnya saya berusaha ringan tangan membantu. Tapi kok yang dibantu malah keenakan ya? ibaratnya dikasih hati minta jantung. Ditolong abis-abisan malah memanfaatkan keadaannya.

Ga bisa sama males cuma dibatasi niat. Walopun ga bisa tapi niatnya masih mau belajar, suatu hari pasti bisa. Gak mungkin dong kita ga bisa terus, masak ga ada perubahan? Suatu hari pasti bisa, dan saya yakin itu.
Kalau males, ini udah berat banget. Saya juga udah ga mau ngapa-ngapain kalo rasa males udah menyerang semua pembuluh darah saya. Maunya tiduran aja ditempat tidur ditemani AC yang dingin dan remote TV. Mau makan aja males. Untung Tuhan masih menciptakan rasa lapar sehingga mau gak mau saya terpaksa mengangkat badan saya dari tempat tidur dan mencari makanan kedapur. Coba kalo engga? bisa-bisa saya seharian aja di tempat tidur.

Nah balik lagi kemasalah saya saat ini, saya memberikan bantuan kepada seseorang. Awalnya dia memang minta dibantu, maka saya bantu dia. Tapi kok lama-lama jadi saya yang sibuk ya? sementara dia? asyik-asyik aja ngurusin urusannya yang ga berhubungan dengan sesuatu yang kita sedang kerjakan berdua. Huh! saya jadi sebal!

Lalu pelan-pelan saya bertanya pada dia, dan mulai memberitahunya apa-apa yang sudah saya kerjakan. Maksudnya biar dia juga tahu apa yang sudah saya kerjakan dan dia jangan cuma diam saja.

Tapi jawaban yang saya terima " ah, elu aja deh. GUE GA BISA ". Lalu kembali saya memberitahunya pelan-pelan. Kalau dia ga bisa, saya akan membantunya. Membuat tulisannya, mengirim ke emailnya, sehingga tulisannya tersebut hanya tinggal dia copy-paste saja. Tapi jawaban yang saya terima dari dia, " gak mau ah, GUE MALES!! ".
AHA!! Jadi judulnya dia MALES dan bukan GAK BISA.

Memang sih, gak bisa dan males hanya dibatasi oleh sebuah garis tipis bernama niat. Sekarang pilihannya, kamu itu gak bisa atau memang malas??