Wednesday, October 28, 2009

Rubic dan Mangga


Suatu sore sepulang kantor, hubby yang selalu sampai rumah lebih dulu dari saya menyambut saya dengan riang gembira. Ada apa ya??
Ternyata dia rubic pesanannya sudah dia terima. Sebenarnya hubby sudah punya rubic sejak lama, tetapi karena tidak pernah dimainkan rubic lamanya seret dan karena dipaksa malah hancur berantakan :(
Trus saya tanya " siapa yang suruh pesan rubic? " dia bilang " kan aku udah bilang kemarin mau pesan rubic ". Lalu saya jawab lagi " tapi aku belum bilang iya ". Dia diam, lalu bilang " rubic yang ini lebih murah daripada yang di ToysCity, trus lebih gampang muternya tanpa harus dipaksa keras-keras " dia bersemangat lagi menjelaskannya pada saya.

OK, mau tidak mau rubic tetap harus diambil. Gimana engga? rubicnya sudah asyik diputar-putar hubby. Tapi sebagai hukumannya.... hubby harus mengupas mangga untuk saya. Dia setuju.
Selesai makan malam, hubby mulai menjalani hukumannya. Dengan kaku dia mulai mengupas 2 buah mangga. Sepuluh menit kemudian 2 buah mangga yang sudah dipotong dan diiris-iris sudah terhidang didepan saya. Saya pun asyik menikmati mangga tersebut sambil menonton TV. Waktu saya tawari hubby, dia menolak, tangannya asyik memutar rubic, matanya menatap ke layar notebooknya. Ngapain sih??
Ooo... ternyata hubby lagi serius menyelesaikan rubicnya dibantu tutorial yang ada di notebooknya... Hihihihi niat amat :))




Friday, October 23, 2009

saya dan Dewi semua sama

sahabat kereta saya Dewi tadi pagi cerita soal ada yang mengganggu rumah tangganya. Kalau pengganggu rumah tangganya adalah pihak ke-3. " bukan PIL/WIL kan Wi? " tanya saya antusias. Dia menggeleng. Jawabnya sederhana, ibunya.

Dewi ini teman kecil saya. Rumahnya dibelakang rumah orang tua saya. Kami berteman sejak saya kelas 1 SMP dan dia kelas 2 SMP sewaktu saya pindah ke komplek tersebut. Dewi kenal keluarga saya, saya juga begitu. Kenal orang tuanya, adiknya, kakaknya. Sama seperti saya, Dewi beli rumah dikomplek itu juga berdekatan dengan orang tua kami. Bedanya kalau Dewi masih satu blok dengan orang tuanya, saya berbeda blok dengan orang tua saya.

Lalu dia cerita soal ibunya yang masih ribut mengatur kehidupannya. " Bayangin deh, gue udah punya anak 2 masih aja diatur kaya gue masih kecil dulu " katanya sewot. Suaminya juga ikut-ikutan diatur. Padahal kata Dewi, ga usah dikasih tahu pun, suaminya juga udah mengerti. Ujung-ujungnya semua sewot. Suaminya sewot, ibunya sewot. Dan Dewi berdiri ditengah-tengah juga dalam keadaan sewot.

Lebih kurang kondisi Dewi hampir sama dengan saya. Ibu saya kadang-kadang melampaui batasnya. Kalau saya lagi dalam kondisi normal, saya bisa memaklumi. Paling-paling saya cuma ngucap " yaaahh... namanya juga orang tua ". Kalo saya juga lagi emosi, saya jadi ikut-ikutan sewot. Trus karena kebiasaan saya kalo marah adalah diam, saya diam ke semua pihak termasuk suami saya. Kalo suami sewot, saya minta dia memaklumi. Repot sih, tapi mau gimana lagi.

Jadi inget mantan boss saya si British dulu pernah bilang, " kenapa sih kulturnya orang asia itu, orang tua selalu nyampurin urusan anaknya?? itu yang bikin anak-anak di Asia ga pada mandiri. Biar si anak udah tua, tapi masih bergantung pada orang tuanya. Orang tuanya pun ga pernah ngasih kepercayaan penuh pada anaknya ".
Kadang saya mikir, bener juga katanya boss saya. Boss saya yang sekarang si Aussie, udah ninggalin rumah orang tuanya diusia 16 tahun. Alasannya " dua orang keras kepala ga bisa tinggal dibawah satu atap yang sama ". Dia pun memilih angkat kaki dari rumah orang tuanya dan sekolah dikota lain di Australia. Pokoknya tiap tahun dia tinggal laporan aja perkembangannya, lulus SMA, masuk jurusan Arsitektur disalah satu Universitas di Melbourne. Masuk perusahaan A. Pindah ke perusahaan B. Ditempatkan di cabang Korea dan seterusnya... dan seterusnya...
Kayaknya gampang ya...

Anyway, yaah mereka kan bule. Gaya hidup dan kulturnya aja udah jelas-jelas beda dengan kita. Sebagai penutup saya cuma bisa bilang saya dan Dewi dan anak-anak Asia lainnya (hihihihihi) lebih kurangnya saya. Masih (terkadang) bergantung pada orang tua dan masih harus siap diatur orang tua :D



Thursday, October 22, 2009

kebiasaan

Suami saya tidak punya saudara perempuan, sehingga dia tidak pernah tau ritual para kaum hawa. Duluuu... banget waktu baru menikah, setiap pulang kantor saya punya kebiasaan bersihin muka dengan lotion dan tonernya. Ternyata, kebiasaan itu diperhatiin hubby. " kenapa sih bersihin mukanya harus 2x? emang ga cukup ya pake lotionnya aja?? " Hihihihi...
Waktu dia memperhatikan saya dandan, dia bingung melihat perlengkapan make up saya. " Emang ini dipake semua yaaa??? " tanyanya bingung. Ya engga dong, masak saya langsung pake lipstick 3 warna ke bibir?? huehehehe...

Berhubung saya punya kulit kering, saya selalu menaruh vaselin dimeja sebelah tempat tidur saya. Biar gampang diambilnya. Begitu kulit terasa kering, langsung dioles. Kadangkala sebelum tidur saya sudah sibuk melapisi kulit kaki dan tangan saya dengan lotion, saya lakukan sambil menonton TV. Serba salah memang, ga pake AC panas. Pakai AC, kulit jadi kering. Ternyata hubby merhatiin juga, " ngapain pakai lotion segala? kan kita mau tidur, bukan mau pergi?? "
Waktu saya memakai butter creamnya Body Shop dengan bau strawberry yang lebih tokcer lagi mengatasi kulit kering, hubby menyebut " ini lotionnya kayak selai ya ".

Yang paling lucu lagi, waktu saya mengalami keram perut hebat saat mens, seorang bude saya menyuruh saya mengkonsumsi jamu kunyit asam. " Minum sekali-sekali aja, supaya keramnya hilang ". Waktu saya sedang menyeduh jamu saya, hubby kembali memperhatikan. Saya bilang ini jamu untuk mens, tapi dia pengen mencoba lalu saya kasih minum seteguk. " Hmm... enak, aku juga boleh bikin gaaaa....??? " Oh hubby, itu jamu untuk perempuan looohh......

Wednesday, October 21, 2009

Bengong

Tadi pagi saya nyaris ketinggalan kereta. Biasanya kalo saya tepat waktu sampai stasiun, saya masih bisa nunggu di peron dan berkumpul dengan teman-teman seperjalanan saya. Tadi pagi boro-boro deh. Yang ada dikepala cuma.... harus naik kereta! Ga kepikiran lagi mau nyari temen saya.

Saat sampai stasiun Tanah Abang saya baru kebagian duduk. Dan menikmati perjalanan kurang dari 10 menit lagi untuk mencapai stasiun Dukuh Atas tempat saya biasa turun. Kalo sempat beli koran, baru saya baca koran. Kalo ada SMS masuk, saya baru baca SMSnya. Atau nelpon atan cuma bengong aja.

Bengong dan menikmati perjalanan adalah kebiasaan saya. Perjalanan kurang dari 10 menit hingga mencapai stasiun Dukuh Atas sering menimbulkan banyak keinginan. Liburan bulan Juli lalu, lahir dari bengong di kereta. Keputusan memotong pendek rambut panjang saya juga lahir dari bengong dikereta. Banyak keinginan yang akhirnya terlaksana, tapi banyak juga yang hilang terhapus. Entah karena keinginannya ketinggian atau saya yang males merealisasikannya.

Tadi pagi bengong 10 menit menghasilkan keinginan pengen punya penginapan. Hehehehe.... entah kenapa bengong saya menghasilkan keinginan yang cukup tinggi ini. Hasil bengong saya pagi ini. Bagaimana ya kalau saya punya penginapan? ga usah gede-gede, cukup 20 kamar saja. Nanti ditata secara tradisional dengan taplak batik dan hiasan-hiasan khas Indonesia lainnya. Seluruh karyawan akan saya berikan seragam batik. Lalu penginapan saya akan menyajikan makanan tradisional. Kalau pun ada makanan baratnya, resepnya sudah dimodofikasi sedemikian rupa. Trus apa lagi yaa...?? Owiyah, peralatan mandi akan disediakan ditiap kamar mandi yang ditata diatas keranjang rotan kecil.

Tidak lama kemudian terdengar suara masinis bahwa kereta yang saya tumpangi akan memasuki stasiun Dukuh Atas, artinya bengong saya sudah harus selesai sampai disitu saja!

Monday, October 19, 2009

Rumah vs Apartemen

Kemarin kita seharian dirumah. Nonton TV dan kebetulan ada acara jualan rumah / apartemen di TV yang diproduksi sama salah satu perusahaan kontraktor besar di Indonesia. Iseng-iseng deh, nanya ke hubby. " Pindah ke apartemen aja yuk ". Saya mengusulkan menjual rumah kita sekarang dan pindah ke apartemen.
Masalahnya :
Kata hubby : barang kita udah kebanyakan
Kata hubby : repot kalo abis beli furniture/barang2 besar karena harus naik2 pake lift segala
Kata hubby : suka jarang kenal sama tetangga
Kemudian berturut-turut, semakin banyak lagi hal-hal yang membuat hubby ga makin mau tinggal di apartemen.

Lalu tiba-tiba terdengar bunyi ting...ting...ting...ting... Penjual asinan lewat. Langsung saya terbirit-birit lari keluar dan memanggil si tukang asinan tersebut.

Saat lagi menikmati asinan, hubby bilang " kalo diapartemen, susah tuh mau beli asinan aja. Kalo ditungguin ga kedengeran suaranya. Kalo kita liat dari balkon atas, manggilnya susah karena tinggi, sementara diuber kebawah udah kabur duluan penjualnya karena nunggunya kelamaan ".

Friday, October 16, 2009

Berantem

Semalam saya abis berantem dengan hubby trus diem-dieman deh. Ini tipikal berantem saya. Diem-dieman. Saya punya kebiasaan buruk, kalau berantem saya memilih menjauh dan menghindar lalu mendiamkan. Maaf ya, saya ga diajari orang tua saya bersumpah-serapah dengan bahasa kasar. Makanya saya jadi ga biasa berantem begitu.

Duluuuu banget saya punya 'tong sampah' hidup yang selalu saya isi dengan tumpahan kekesalan saya. Kalo dia bisa diprogram ulang, dia tau semua borok-borok saya. Sekarang dia sudah sibuk dengan keluarganya, demikian juga saya. Kalau bertemu udah ga saya jadiin tong sampah lagi. Tapi kita saling cela-celaan. Tolol-tololan....

Kalau saya sampai teriak, artinya kekesalan saya udah melebihi batasnya. Saya pernah marah dan berteriak, ujung2nya kepala saya rasanya sakiiiiiiiiiitt banget... Makanya saya suka bingung sama orang pemarah yang hobbynya memang marah sambil teriak-teriak. Plis deh, ga ada keluhan penyakit apa???

Berantem sama hubby emang banyakkan diem-diemannya. Kalau dulu pas masih pacaran, enak. Berantem trus ngambek ga mau ketemu. Kalo sekarang?? mau didiemin kaya apapun. Mau cuek kaya gimanapun. Tetap aja saya tidur satu tempat tidur sama dia. Tetap aja saya balik lagi kerumah bareng dia :D

Rekor saya 2 hari diem-dieman. Pernah marah sambil teriak juga (tapi ga keras kok) karena saya udah kesal banget. Lucunya karena hubby tau saya orangnya diem kalo marah, kalo seharian saya dieeeeemmm aja.... pasti hubby nanya " kamu marah ya sama aku? " hihihihihi
Padahal misalnya saya lagi fokus sama hal lain.

Jadi mes amies, kalo ada yang liat saya lagi dieeeeemmm aja... artinya saya lagi marah atau kesal/berantem dengan sesuatu/seseorang. Tapi bukan berarti kalo diem aja artinya saya lagi marah. Akhir-akhir ini saya sering diam karena....... sakit gigi!!!


Monday, October 12, 2009

Weekend kemarin....

Weekend kemarin kita ditinggal si Mungil (mobil kita) yang harus berobat karena sakit. Maklumlah si Mungil ini kan umurnya udah agak tua, wajar deh kali sering sakit.
Berhubung Sabtu sore hubby udah gelisah pengen pergi tapi bingung naik apa. Saya ajak aja ke Binplaz naik angkot!!!! Eh..... hubby mau.

Bisa dibilang saya udah lama ga naik angkot. Bukan congkak bukan sombong, saya tetap naik kendaraan umum yaitu kereta. Makanya kemarin saya sama hubby sempet norak menentukan " berapa ongkos naik angkot dari depan komplek sampai Bintaro Plaza?? " hihihihi

Angkotnya full music dangdut. Penumpangnya lumayan rame. Yang nyebelin pas mendekati Bintaro Plaza ada anak punk yang naik dan sok ngamen maksa. HUH!! Ini nih yang bikin kenapa kita males naik angkot, banyak gangguannya!!!!

Di Bintaro Plaza ga belanja apa-apa. Cuma mampir di Hero beli roti dan sedikit sayur. Saya sempet kepengen beli komiknya Benny & Mice yang udah sukses bikin saya cekikikan di Gramedia. Gantinya saya beli komik Smurf.

Pulang dari Gramedia, berhubung udah gelap kita naik taksi. Supir taksinya perempuan, namanya ibu Fatimah. Cukup banyak hal yang saya obrolin dengan beliau. Soalnya itu kali pertamanya saya naik taksi disupiri perempuan. Ibu Fatimah udah sekitar 2 tahun ikut di armada taksi Burung Biru. Dipoolnya ada 3 orang supir wanita lainnya. Anaknya 3 orang, dia selalu berangkat setelah mengantar ke-3 anaknya ke sekolah. Ga lama kita sampai dirumah. Saya sampai pesan ke beliau untuk hati-hati. Mengingat banyak kejadian jelek dengan supir taksi.

Malamnya, hubby nonton Flashdance sementara saya panen Farmville. Oiyah, weekend ini Farmville berantakan. Panen tomat dan kopi saya rusak semua. Malamnya saya nonton Mamma Mia di HBO. Nyeseeeell banget kenapa kemaren-kemaren tiap dipasang di HBO selalu saya ganti channelnya?? akhirnya malam minggu saya nonton dari awal sampai akhir. Seneng denger lagu2nya bagus2 dan Pierce Brosnan??? alamaaaakk... ganteeeenngg.......!!!!!

Minggunya hubby sibuk didepan notebooknya. Saya masak aja didapur. Ternyata sambil kerja, hubby juga bolak-balik ngegym ditiang pull up yang baru dipasang dipintu kamar kita. Rekornya sih baru 5. Malamnya kita kena jatah pemadaman PLN lagi. Berhubung minggu lalu denger temen cerita krisis lilin. Kita kabur ke supermarket ngeborong lilin. Untungnya matinya ga lama :D


Tuesday, October 6, 2009

.........

Waktu reuni kemarin seorang teman bertanya kepada saya " kenapa sih, lu masih berdua tapi malah misah dari orang tua?". Hmmm... ini 'lagu lama' yang entah berapa kali sudah saya mainkan berulang-ulang nadanya. 1) Pengen belajar mandiri, 2) Investasi daripada uang abis percuma, 3) Dll... dll... Ujung-ujungnya, " trus siapa yang masak? ". Dengan bangga saya bilang " ya gue dong ".

Saya bangga mengucapkan itu. Saya berani mengatakan saya bisa memasak. Walaupun saya masih belum berani mengatakan kemampuan masak saya sudah melebihi Farah Quinn atau Nigella Lawson. Tapi minimal apa yang saya sajikan dimakan habis suami saya plus ditambah pujian. Kata mama saya, memasak itu harus dari hati. Jadinya masakan yang biasa saja jadi enak rasanya. Untungnya suami saya kelewat jujur memberikan komentar. Kalau enak, dia bilang enak. Kalau hambar, dia bilang hambar. Kalau keasinan, dia bilang keasinan. Semata-mata supaya saya bisa meningkatkan kemampuan memasak saya.

Lima tahun yang lalu, saya belum bisa membedakan mana ketumbar, mana lengkuas. Wajar saja mertua saya seperti kurang rela melepaskan anak laki-lakinya untuk tinggal dengan saya. Mungkin mama mertua takut suami saya kekurangan gizi. Makanya saya harus membuktikannya. Lima tahun kemudian, suami saya jauh lebih gemuk. Sampai papa mertua saya bilang
" abis kamu masak melulu sih ". Lhooooo.... ga masak salah, masak kok juga salah.

Intinya dengan memasak adalah salah satu pembuktian saya. Kepada mertua, kepada orang tua dan paling penting kepada suami. Pokoknya kalau suami nanya
" kamu bisa masak dendeng balado ga? " Dengan pasti saya langsung menganggukkan kepala walaupun saya belum punya resepnya. Yang penting PD dulu. Urusan bagaimana masaknya, itu urusan belakangan. Toh selama ada mama saya, www.google.com atau deretan buku resep masakan yang dijual ditoko buku membuat semuanya jadi mudah. Yang paling penting juga, NIAT. Itu adalah dasar dari segala-galanya. Lalu tidak lama kemudian, akan terhidang " dendeng balado plus cinta " buat suami saya.