Friday, November 19, 2010

Kenapa ya?? -part 2-

Setelah tadi pagi saya ngomongin soal cerita sedih pembagian daging hewan qurban. Sampe mewek deh nonton berita di TV sambil sesekali ngomong " Masya Allah Ed, Masya Allah Ed... " ngeliat ibu-ibu gendong bayi, nenek-nenek atau kakek-kakek tua rebutan daging.

Saya paling ga tahan sama anak-anak kecil dan pengemis yang udah nenek/kakek. Duh ngebayangin anak2 kecil usia 3-4 tahun udah harus nyari nafkah dijalanan. Naik turun angkot buat ngamen atau mengemis diantara mobil-mobil di lampu merah tanpa takut tubuh kecil mereka bisa celaka karena tersambar kendaraan. *Sambil elus-elus perut* saya selalu berdoa semoga anak kami nanti bisa kami penuhi segala kebutuhannya sehingga dia bisa hidup cukup kelak. Kalau nenek/kakek pengemis, saya selalu sedih ngeliatnya. Maksudnya, kebayang ga sih? seharusnya diusia tua seperti itu mereka harusnya udah duduk dirumah aja, main sama cucu, dan ga usah nyari nafkah lagi??

Satu hal yang pernah saya dengar adalah. Kalau aja pajak yang kita bayarin berada dijalan yang benarm Indonesia bisa mengurangi kemiskinannya. Atau, kalau aja semua zakat dijalankan dengan benar, pasti deh banyak orang miskin yang terbantu.
Kalau bicara soal pajak, haduuuuhh..... saya suka gemas sama negeri ini. Plis deh, semenjak kasus Gayus terbongkar, banyak suara yang ngomong " gaji kita ga seberapa, dipotong pajak. Mending pajaknya masuk kas negara untuk membiayai pembangunan, eh malah dibawa kabur mafia pajak ". Kesel kan??

Waktu masih naik kereta kemarin, saya suka sedih kalo di st Tanah Abang liat anak2 kecil yang ngerokok dan ngomong dengan kata2 kasar dan jorok. Mestinya di jam saat kereta saya masuk st Tanah Abang, mereka harus udah ada di sekolah dan belajar. Gak punya duit buat sekolah?? Hmmm..... bukannya kalo ga salah ada tuh undang-undangnya bahwa mereka ditanggung negara??
Trus belum lagi pengemis kakek-kakek dan nenek-nenek yang sering mengemis di sekitar stasiun Pd. Ranji. Sediiiihh banget. Apalagi kalau saat itu lagi gerimis, kasian. Takutnya abis mengemis mereka malah sakit.
Nah kalau sakit pasti butuh biaya besar buat berobat.

Tapi disatu sisi saya juga gemas denger ada istilah ' Kampung Pengemis' dimana mayoritas penduduk kampung itu adalah pengemis. Padahal dikampung itu mereka sudah tinggal dirumah bagus, punya sawah, punya kambing, dll tetapi tetap aja ga mau usaha mencari nafkah dibidang lain. Tetap aja maunya mengemis. Kasian deh buat pengemis benerannya.

Kenapa ya ada yang begitu? emang segitu gampangnya mengemis dengan mengharapkan simpati dari orang lain? Kasian dong mereka yang pengemis betulan, apalagi kalau mereka sudah berusia senja.
Trus apa benar sekarang negara udah ga menanggung anak-anak terlantar lagi? Apa petinggi negara kita ga pernah bertemu dengan pengemis dijalanan? apa mereka ga pernah nonton TV yang mengangkat berita atau reality show tentang kemiskinan?
Semoga mereka (petinggi negara kita) bisa dibukakan hatinya. Amin

No comments: