Monday, July 21, 2008

teman curhat yang dibenci

Jadi gini ceritanya, beberapa waktu yang lalu saya bertamu kerumah teman. Niatnya sih sebenernya mau ngeliat koleksi bukunya yang buanyaaaakkk banget. Pokoknya kerumahnya dia, ga bakal ngebosenin deh secara dia ngebolehin kita ngebaca bukunya yang segunung itu plus ditambah... disuguhin kopi dan snack.

Sssttt..... karena temen saya ini bukunya buanyaaaak dan dia juga pinter bikin kue, saya sampe ngajakin dia bisnis bikin small library cafe gitu. Pengunjung diperbolehkan membaca buku apa aja yang dimiliki teman saya, plus bisa order kopi, teh, soft drink, snacks, dll, dll....
Trus dekorasinya dibikin seminimalis mungkin tanpa menghilangkan kesan santai. Jadi kalo pengunjung pengen baca buku sambil duduk santai, ada sofanya. Pengen baca buku sambil tidur-tiduran, ada karpet beserta bantal-bantal tebalnya. Jadi kita berusaha bikin pengunjung seprti membaca dirumah sendiri. *wink-wink-wink :-)*

Anywaaaayy.......
Pas udah ketemu, udah ngintip-ngintip rak bukunya. Baca-baca beberapa buku, plus boleh minjem beberapa buku lagi. Akhirnya saya pun jadi ngobrol sama dia (sambil nunggu suami datang menjemput mengingat ditangan saya banyak buku tebal pinjaman).
Dia cerita mengenai 2 sahabatnya. Saya sih ga mengenal kedua sahabat teman saya ini.
Teman saya bercerita, mereka sudah bersahabat sejak lama dengan gaya persahabatan on-off (seperti lampu). Kadang dekeeeeeeeettt... tidak jarang juga jauuuuuuuuhhh.
Teman saya ini memang punya sifat yang tegas. Kalo A, iya harus A. Kalo B, harus B. Ga ada tuh istilah grey area buat dia. Pokoknya semuanya jelas dimatanya. Ternyata sifatnya ini yang membuat dia terkadang dimusuhi oleh sahabat-sahabatnya itu. Kalo dia sedang 'ribut' dengan 2 sahabatnya itu, dia sering mendengar dari pihak2 lain bahwa sabahatnya ngomongin yang jelek-jelek tentang dia.

" Gue bingung deh, kayanya dimata mereka gue salah melulu. Sepertinya hanya mereka yang sempurna. Mereka boleh begini, tapi gue tidak. Kok mereka bisa-bisanya bilang gue yang jelek-jelek tentang gue, sementara, gue kalo ribut ga pernah ngumbar cerita kepada pihak lain tentang masalah kita " curhatnya panjang.

Intinya, teman saya sebenarnya udah capek bersahabat dengan 2 orang itu. Dan memilih, lebih suka menyendiri dan menikmati kehidupannya. " Ngapain punya sahabat kalo cuma buat kita merasa ga nyaman? mendingan gue sendiri aja deh " lanjutnya.

Lalu sudah 2 bulan ini dia menyendiri bak seorang yang sedang bertapa.

Kemudian dia bercerita soal kesibukannya akhir-akhir ini, tanpa sedikitpun menyinggung-nyinggung tentang 2 sahabatnya itu. Lalu...

"...... lu tahu ga sih, kayanya mereka ga pengen gue hidup tenang deh. Buktinya nih, gue lagi hidup tenang gini aja mereka tetang ganggu hidup gue "
Saya bingung. Apa maksudnya?
" Tiba - tiba satu persatu sahabat gue mulai mendatangi gue dan meminta tolong. Mereka meminta gue untuk mendengarkan curhatnya, membantu menyelesaikan masalah, memberi nasehat, dll, dll " kata teman saya lagi.
Asumsi saya, walopun teman saya disebelin sama dua sahabatnya. Tapi disatu sisi, teman saya ini adalah sahabat yang baik bagi dua orang sahabatnya itu. Buktinya, walaupun teman saya sudah memilih menjauh, tapi masih di'kejar' juga oleh 2 sahabatnya :-)
Dia masih dijadikan teman curhat, diminta bantuannya untuk menyelesaikan masalah, dll.

Saya cuma bisa bilang, betapa beruntungnya dia. Walaupun ada orang yang sebal padanya, tapi mereka yang sebal padanya ternyata tetap membutuhkan dia.
Sebenarnya apa sih yang disebut dengan persahabatan? Bahkan mereka yang sudah bersahabat sejak lama saja bisa memiliki masalah seperti ini.
Hmmm... memiliki sahabat yang sempurna memang sulit rasanya. Tapi memiliki seorang teman dengan hati yang baik? yang tanpa disadari justru bisa menjadi sahabat dikala suka dan duka? Tidak tahu mana yang lebih sulit dicari.









No comments: