Monday, January 25, 2010

Supporter

Tadi pagi sewaktu siap-siap mau berangkat ke kantor, di TV menyiarkan berita mengenai ulah supporter sepak bola dari sebuah klub di Surabaya. Yang kepulangannya kembali ke daerah membuat rusuh setiap stasiun kereta yang mereka singgahi. Merampas dan menjarah warung-warung makanan dan merusak stasiun. Akibatnya banyak warga yang kesal dan melakukan 'pembalasan'. Disebutkan ada supporter yang luka karena terkena lemparan batu dari warga.

Di Jakarta tadi malam (24 Januari 2010) ada tawuran antar supporter di daerah Kramat Jati.

Hmmm... bicara soal supporter sepak bola, saya juga pernah punya pengalaman yang bikin trauma. Waktu itu sekitar tahun 2005 di perempatan tol TB Simatupang dan Ragunan, mobil saya yang sedang menepi (karena sedang menurunkan seorang teman yang nebeng) dipukuli dan ditendangi oleh supporter Persija. Kalau ditilik, usianya masih remaja. Mereka duduk diatas kap sebuah angkot mengacung-acungkan bendera warna orange, ada juga yang memukuli sebuah drum dan ada pula yang berdiri menantang bahaya, entah apa maksudnya.
Entah salah apa mobil saya, tiba-tiba mereka memukuli dan menendanginya. Padahal saya sudah berusaha menepi.

Sebelumnya saya pernah tertahan hampir satu jam di kolong fly over Lb. Bulus untuk masuk kedalam terminal bisnya. Hanya karena ulah supporter Persija yang merayakan kemenangan dengan menari-nari ditengah jalan. Lagi-lagi saya ga tau, apa maksudnya.

Waktu saya berkantor didaerah TB Simatupang, saya sering bertemu dengan para supporter. Baik supporter lokal Jakarta ataupun supporter daerah. Bonek dan Arek Malang adalah dua gerombolan supporter yang sering saya temui saat akan ada pertandingan klub kesayangan mereka dilapangan Lb. Bulus. Mungkin karena kedua kesebelasan daerah ini memiliki supporter yang paling banyak jumlahnya.
Kadang-kadang mereka mengemis setengah memaksa, meminta uang dengan dalih " kita cuma bawa uang seribu perak dari kampung ".

Saya tau rasanya jadi supporter waktu saya dan teman-teman menonton sebuah pertandingan olah raga. Tapi apa memang harus merusak?? apa harus meninggalkan 'tanda' kerusakan?? harus ribut sampai berkelahi?? atau membajak bis, angkot atau kendaraan umum lainnya??

Saya punya teman seorang ibu yang usianya agak jauh diatas saya. Beliau teman kantor saya sewaktu di TB Simatupang dulu. Ceritanya, kami sama-sama menunggu angkot pulang kerumah masing-masing. Waktu itu bukan cuma saya dan beliau saja. Tapi ada beberapa teman perempuan lain yang juga sedang menunggu angkot.

Tiba-tiba lewatlah konvoi supporter berwarna orange ini dari arah stasiun Lb. Bulus sambil menumpangi beberapa truk, bis dan mikrolet. Sewaktu lalu lintas didepan gedung kantor kami agak tersendat, dan posisi kendaraan mereka persis didepan kami. Lagi-lagi tanpa tahu salah apa kami, para supporter tersebut meneriaki kami dengan bahasa-bahasa kotor. Salah satunya P***K. " Hey p***k... hey p***k... ". Oleh satpam gedung kami diminta masuk lebih kedalam parkiran dan si satpam memarahi para supporter tersebut. Tapi mereka malah balas memarahi dengan kalimat-kalimat yang lebih kotor lagi.

Si ibu ini bertanya pada saya " P***k itu artinya apa ya? ". Saya pun menjelaskan pada beliau.
Seperti yang sudah saya duga, si ibu naik pitam dan marah pada para supporter tersebut. Untungnya konvoi tersebut sudah berjalan lagi karena lalu lintas sudah tidak tersendat lagi.
" Huh, mendingan ga usah ada sepak bola aja deh, kecuali kalo para tim ini bisa mendidik supporter-supporternya " demikian salah satu gerutuannya.

Saya setuju banget buuuu.... mendingan begitu deh daripada tiap ada pertandingan sepakbola, kita-kita ini yang selalu jadi korbannya.

No comments: