Monday, November 26, 2007

dilemma

Sebenernya udah beberapa bulan ini saya dilemma. Ceritanya begini :

Sejak pindah kerumah-kecil-cantik-mungil-tapi agak panas ini 2 tahun lalu. Kita disambangin sama seekor kucing kecil. Warnanya hitam-putih. Karena dia rajin banget datang, trus saya juga berinisiatif beli Frieskies, akhirnya officially kucing tersebut jadi piaraan kita dan kita kasih nama Ucing.


Beberapa bulan kemudian kita dapet berita kalo Ucing mati terlindas mobil dan rencananya soal kucing-kucing ini mau tutup buku. Mau niat, datanglah seekor kucing lain lagi yang warnanya belang-belang. Sama seperti kucing sebelumnya, dia kita jadiin piaraan juga dan rajin kita kasih makan dan kita kasih nama Icung.

Icung ini sempet beranak pinak dirumah, tepatnya diteras rumah. Saya dan Ady juga berusaha jadi 'ortu' yang baik buat si Icung. Proses kelahirannya kita urus. Malah tali pusarnya Ady yang potong. Tapi entah kenapa, dari 3 anak yang lahir cuma satu yang bertahan sampai hari ini. Akhirnya si kucing kecil inipun kita piara juga dan kita kasih nama Nginuk.

Sekarang jadinya kita punya 2 kucing yang harus dikasih makan. Nginuk pun sudah tumbuh menjadi kucing ABG yang bulunya bagus.

Dilemmanya kenapa??

Awalnya dari teman saya yang curhat soal kehamilan istrinya yang dihantui virus tokso. Saya yang belum hamil jadi ikutan ketakutan. Apalagi saya sering bermain - main dengan dua kucing cantik ini. Melihat mukanya yang lucu memang bisa menghibur. Mendengar 'jeritan' mereka yang berisik juga jadi hiburan buat saya.
Tiap pagi saya membuka pintu, selalu ada mereka yang sudah siap menyambut dipintu.
Senangnya lagi, karena sering ditraining sama Ady, dua kucing ini sudah pintar tidak pernah nyelonong lagi masuk rumah.
Jadi judulnya, saya justru makin sayang sama dua kucing ini, makin cinta sama mereka.

Minggu lalu, saya kehabisan makanan mereka. Dan mereka kembali menjerit-jerit minta makan. Tadinya saya mau berusaha tega pada mereka. Pelan-pelan saya harus mengusir mereka dari rumah. Pelan-pelan saya mau mengajarkan bahwa TIDAK ADA LAGI makanan yang bisa saya berikan untuk mereka.
Tapi jujur aja, batin saya ga tega. Iba rasanya mendengar jeritan mereka. Akhirnya, malam minggu kemarin saya dan Ady pergi ke supermarket.
Ady tidak mau memaksa, semuanya ada ditangan saya. Mau terus kasih makan, OK. Mau ga kasih makan lagi juga ga papa.

Begitu melewati deretan makanan hewan, tanpa sadar tangan saya mengambil kembali sebungkus makanan kucing berkantong kuning itu. Ady diam lalu berkata " katanya mau diusir? ". Akhirnya saya jadi ragu memasukkan makanan kucing itu ke trolly.

Sepuluh detik kemudian, saya jawab " ga tega ". Lalu menaruh makanan kucing tersebut kedalam trolly.

No comments: