Tuesday, November 27, 2007

Nenek, Mama, Saya dan tanaman

Almarhum nenek saya (Hj. Siti Rohani) dihari tuanya dulu memelihara banyak sekali tanaman suplir. Masih ingat dulu, sewaktu saya masih SMP atau SMA saya sering melihat nenek duduk diteras, merawat suplirnya dengan kasih sayang dan ' berbicara ' dengan suplir - suplirnya.
Tiap suplir yang banyak jenisnya itu dirawat nenek saya dengan hati-hati. Hebatnya, nenek saya pun hafal dengan nama jenis suplirnya yang beranekaragam tersebut.
Kalau ada suplirnya yang hampir layu, suplirnya diajak ' bicara ' oleh nenek " kok kamu layu? jangan layu ya ". Percaya atau tidak, beberapa hari kemudian suplirnya balik lagi pada kondisi semula.
Sewaktu nenek meninggal, satu demi satu suplirnya juga ikut ' meninggal '. Kata mama, mungkin suplirnya tahu bahwa tidak ada lagi yang merawat mereka. Biasanya beda tangan suka tidak cocok.

Sekarang mama saya juga gemar berkebun. Halaman depan rumah sudah berkembang menjadi kebun bunga ditangan mama saya. Saya kurang mengerti apa saja yang ditanam mama, yang jelas sekarang jumlahnya banyak sehingga halaman depan rumah menjadi ramai.
Sama seperti nenek, mama juga merawat tanamannya dengan kasih sayang. Ada salah satu tanaman yang sedang 'in' sekarang yaitu Anthurium sampai harus disembunyikan kedalam dapur, karena menurut mama sudah beberapa kali tanamannya diintip-intip orang. Memang saat ini Anthurium terkenal sebagai tanaman mahal. Padahal waktu beli dulu cuma 10ribu rupiah saja :-)
Sama seperti nenek, sepertinya tangan mama juga cukup dingin dalam merawat tanaman.

Saya juga tidak mau ketinggalan. Ingin punya tanaman yang dipelihara seperti nenek dahulu dan mama sekarang. Perburuan pertama saya adalah pot-pot plastik. Setelah itu persahabatan dengan penjual tanaman.
Saya juga sempat merasakan sakit hati sewaktu tanaman saya hilang dicuri orang. Saya juga berusaha merawat mereka dengan kasih sayang.
Tapi memang saya kurang telaten seperti mama dan almh. nenek saya. Memang saya tidak pernah mengajak tanaman berbicara seperti yang dilakukan mama saya. Iya...iya... saya akui juga bahwa seperti kata Ady, saya juga malas-malasan dan memelihara tanaman seingatnya saja.
Hmmm..... akhirnya dengan berat hati, tanaman tersebut saya pindahkan ke teras atas. Rupanya kalau saya intip, tanaman tersebut malah tumbuh makin subur sekarang.

Hmmm.... mungkin saya belum bisa total merawat tanaman karena saya sering kali merasa lelah sepulang kantor [alasan ke-1]. Tiap weekend either saya habiskan dengan berjalan-jalan dengan Ady atau tidur sehingga tanaman tersebut belum menjadi prioritas utama saya [alasan ke-2].

........ saya belum tahu apa yang bisa saya jadikan sebagai alasan ke-3 *menunduk malu*



No comments: