Monday, July 27, 2009

Tips dan Trick

Kemarin saya terdampar sendirian dirumah (kok terdampar sih???). Suami saya sedang asyik ikutan reuni SMPnya di Kemang. Yoweeezzlaahh... saya dirumah, mengingat tanggal udah tuaaaa banget. Saya hanya memasak lalu browsing-browsing internet aja.
Lagi asyik-asyik browsing, tiba-tiba seorang teman menelpon dan menanyakan posisi saya. " dirumah, ada apa? lu dimana? ". Tadinya si teman mengajak saya makan siang dimall. Justru pas dia nelpon saya lagi nyendokkin nasi dari rice cooker. Rencananya browsing sambil nasi dengan makan telor balado dan tumis sawi putih. Akhirnya setelah tawar menawar saya menangkan " aduh, kasian dong sama gue. Gue udah masak masa lu paksa gue makan diluar? lagian gue ga ada mobil nih, dipake suami...blablablablabla... ". Teman saya setuju dan dia datang kerumah saya.

Entah kenapa dalam 2 bulan terakhir, banyak teman-teman sekitar saya sedang mengalami proses perceraian. Ada yang baru menggugat, ada yang digugat. Malah ada yang akhirnya mengaku udah 1 tahun menjadi duda saat ga sengaja saya ngobrol sama dia di YM. Padahal saya senang pada mereka berdua. Romantis! Tau-taunya, pas saya tanya soal istrinya. Dengan santai dia bilang " gue udah bujangan lagi Tan, dari tahun lalu. Cariin pacar dong! " HEEE...???

Nah temen saya yang kemarin datang juga gitu. Datang-datang mukanya kusut. Ditangannya ada sebuah map Pengadilan Agama Jakarta Selatan. Katanya, dia menggugat cerai suaminya. Ujung-ujungnya dia nanya sama saya soal harta gono-gini. Dan itu jelas-jelas pertanyaan yang diajukan pada orang yang salah!!!
1. Saya bukan orang berlatar belakang hukum
2. Berhubung saya tidak pernah / tidak mau (jangan sampe!!!!) merencanakan perceraian, bagian soal menggugat, digugat, harta gono-gini tidak pernah saya ingat dalam pikiran saya. Hadooohh... Amit-amiiiittt!!! *ketok-ketok meja*

Sambil asyik-asyik ngopi sore-sore. Baru deh kita bisa ngomongin soal berat yang dia bawa kerumah saya. Kenapa sih mau pisah? lagipula dia baru memasuki tahun ke-4 berumah tangga. Beda prinsip!! itu alasan utamanya. Ujung-ujungnya dia malah tanya tips dan trik hidup berumah tangga pada saya.
Terus terang aja, saya minder dan malu banget. Plis deh, pernikahan saya baru tahun ke-7. Belum ada apa-apanya dibandingkan orang lain yang lebih lama menikah dari saya. Lalu, Alhamdulillah hingga detik ini (Insya Allah jangan sampai) pernikahan saya berjalan lancar-lancar saja. Masalah ribut, cekcok sih ada. Tapi belum yang berat banget. Masak dia mau tanya tips dan trik ke saya?? ga salah nih??

Saya ga punya tips dan trik. Semuanya mengalir begitu saja dalam kehidupan saya. Sayang-sayangan, berantem, adu argumentasi, ga teguran, peluk-pelukkan. Semua terjadi begitu aja. Tips dan trick yang sering saya dapatkan dari majalah kayanya agak sulit diterapkan.
Kalo menurut saya sih tips2 pernikahan seperti " saling pengertian ", " mau mengalah ", " terbuka satu dengan yang lain ", " saling menyayangi " hingga " saling percaya ". Itu mah bukan tips!
Soalnya jangankan dalam pernikahan, dalam hubungan pertemanan, hubungan persahabatan, hubungan kerja, hubungan antar orang tua dan anak atau hubungan antar keluarga lainnya pastinya sifat saling pengertian, saling menyayangi, percaya, saling terbuka sudah terjadi. Apalagi dalam pernikahan. Dimana kita mempercayakan dan menggantungkan hidup kita pada pasangan kita.
Tips menurut saya misalnya seperti suami kita pemarah, dan tips untuk meredakan marahnya dengan membuat kue coklat kesukaannya!!! Naaahh... mungkin ini yang dinamakan tips!!! Hehehehe :-))

Mungkin saya kelewat santai dan membiarkan pernikahan saya berjalan apa adanya. Atau mungkin saya dan suami emang udah saling percaya, saling mengerti, saling terbuka, saling mengalah sehingga alurnya lurus-lurus aja. Jadinya tanpa perlu tips dan trik semuanya berjalan begitu aja. Kalo yang satu marah, yang satu lagi ngalah. Kalo saya ngamuk, suami biasanya diem. Kalo suami ngamuk, saya mewek. Gampang kan???
Mungkin yang harus saya berikan ucapan terima kasih justru kepada Tuhan, yang memberikan dia sebagai suami saya.

Kalo soal beda prinsip, bukannya kita dan pasangan kita adalah 2 orang yang berbeda? berbeda pola pikirnya, beda cara mengatasi masalahnya, beda ini atau beda itu. Kalau masalah perbedaan sih, saya juga sangat berbeda dengan suami saya. Dia rapih, saya berantakan. Dia serius, saya petakilan (eh apa ya bahasanya??), dia sedikit introvert, saya extrovert berat. Banyak deh kalau dijabarkan. Tapi sekali lagi niiiihh... saya ga mau takabur.
Makanya saya paling takut dan malas ngomongin soal perceraian karena saya takut takabur, sok kasih tips dan trik, sok bilang kalo rumah tangga saya aman 100% tapi dikemudian hari saya menjilat ludah saya sendiri. Hiiiiiiii........

Obrolan berlanjut hingga teman saya rada sebel sama saya, karena dia bilang saya tidak 100% bisa menyelesaikan masalahnya. Ya iyalaaahh... lagian kenapa juga kamu nanya sama saya?? Emang saya psikolog? dan saya juga bukan konsultan pernikahan :D










2 comments:

L. Pralangga said...

Borowing a shoulder to lean on.. sparing your time to them to be listened to.. are one of the things other people gives us power to ourselves..

Power, its the type of things for people don't think about until its taken away, whether it is the political power of the many, or a lover's influence over just one.
We all want some sort of power in our lives, if only to give ourselves choices, yes... to be without choices, to be utterly powerless, is a lot, like being alone in the dark..

Your friend is within the darkness area, that was the reason she turned into yourself and gave power onto you to shed a light.. that not necesarily has to solve all her problems :D

Nice to have visited this blog again, kind regards from West Africa..

intansusan said...

makasih untuk nasehatnya ya Kang