Friday, September 9, 2011

Menjadi dokter itu mahal ya??

Beberapa tahun lalu, seorang ibu teman arisan saya disini memberi tahu saya sewaktu kami bertemu saat arisan soal cucunya (IYA CUCU!!!), karena teman-teman arisan saya di komplek arisan saya adalah orang-orang seusia mama saya.

Si cucu akan menempuh kuliah kedokteran disebuah universitas swasta di Jakarta. Biaya kuliahnya saat itu mencapai angka 140 juta. Itu baru biaya masuk, belum biaya praktikum, buku, dll, dll.

Sewaktu lebaran kemarin, seorang sepupu saya curhat karena anaknya yang sekarang duduk di bangku SMA sudah memilih akan berkuliah di Fakultas Kedokteran Gigi. Biaya kuliahnya sekitar 200 juta. Lagi-lagi belum termasuk biaya lain-lain. " Gue harus kerja mati-matian nih ". curhatnya.
Tapi belum selesai sampai disitu, setelah dia selesai kuliah nanti, sepupu saya harus menyediakan peralatan dokter gigi. Tahu kan? perangkat yang ada diruang praktek dokter gigi? yang ada kursi yang bisa diturun-naikkan, lampu, mesin bor, dll, dll? kata sepupu saya yang sudah melakukan pengecekan, harga perangkat tersebut lebih dari 500 juta. Wheeewww.......

Buat yang memilih menjadi dokter umum, dan kelak memilih jalur spesialis berarti ada sejumlah dana lagi yang harus disiapkan. Secara statistik, kuliah di fakultas kedokteran adalah jurusan kuliah yang paling banyak memakan biaya dibandingkan jurusan-jurusan lain.

Menjadi dokter memang profesi yang membanggakan dan menjanjikan. Ada yang bilang jadi dokter bisa membuat kita cepat kaya. Apalagi dokter yang pasiennya seabrek-abrek. Saya pernah tinggal dirumah dokter tahun 1999-2000. Waktu itu saya numpang tinggal dirumah seorang om (adiknya mama) yang berprofesi sebagai seorang dokter anak. Om saya ini termasuk dokter anak yang laris. Sepertinya waktu 24 jam tidak cukup untuknya. Pasiennya sudah antri sejak jam 5 pagi hingga larut malam. Dalam seminggu om saya sudah praktek di 4 tempat tiap sore hari, sementara paginya om saya sibuk di FKUI dan RSCM.


Saya ingat pernah membukakan pintu untuk pasien jam 5 pagi, bahkan mengunci pagar setelah pasien terakhir pulang sekitar jam 12 malam. Para orang tua akan berusaha mati-matian mengejar sang dokter apabila anak mereka sakit. Merekapun akan sabar menunggu dirumah om saya apabila om saya belum pulang dari tempat prakteknya.
Saya pernah 'bertugas' menjawab telpon yang ada dirumah. Sehingga saya sampai hafal schedul kerja om saya dulu. Pagi-pagi terima pasien jam 5-7 pagi. Jam 7 berangkat ke RSCM/FKUI, jam 15.00 sampe rumah dan terima pasien sampe jam 16.30. Jam 17.00 berangkat lagi untuk praktek sampe jam 20.00. Lalu kalau malam, om saya hanya mau terima 2-3 pasien saja. Saya sampai hafal tempat praktek om saya. Hari Senin dan Rabu di Hermina A, hari Selasa dan Jumat di Hermina B, hari Rabu di Hermina C. Sabtu sesuai perjanjian, om saya ada di RS bersalin D.

Om saya masuk kuliah kedokteran tahun 74 (kalau tidak salah) di FKUI, mengambil spesialis anak. Melanjutkan studi ke Belanda tahun 90-an (lupa untuk gelar apa). Lalu tahun 2006 mendapat gelar Doktor juga dari Belanda. Dan besok beliau akan dikukuhkan sebagai Professor di FKUI. Kalau dipikir-pikir, sudah 30 tahun lebih dia sekolah??

Anyway, congrats ya Om.

Buat yang mau berobat, nama om saya
Dr. Jose RL Batubara (spesialis anak) <-- PROMOSI....

Buat yang memilih untuk kuliah di Fakultas Kedokteran atau Fakultas Kedokteran Gigi, tetap semangat ya dan jangan lupa kalau biaya kuliah kalian itu mahal banget!!!!

No comments: