Thursday, August 20, 2009

MLM

MLM atau Multi Level Marketing. Siapa yang tidak pernah dengar?
Saya pernah ikut-ikutan MLM ini sekitar 15 tahun lalu. Karena diajak teman, dan tergiur sama hasilnya. Siapa sih yang ga mau jalan-jalan ke luar negeri gratis? dapat uang banyak?
Setelah mencoba, saya baru tau. Perjuangan saya kurang gigih. Saya tidak menyalahkan MLMnya. Bagi saya semua MLM bagus-bagus aja. Cuma sayanya yang kurang berusaha.

Teman saya memilih bekerja lewat jalur MLM ini. Sebut saja sudah beberapa MLM dia geluti. Hasilnya juga ga jelek-jelek amat. Yup, perjuangannya memang hebat. Posisinya di tiap MLM selalu lumayan. Cuma ada satu hal.

Dulu saya, dia dan beberapa teman yang lain main bersama. Nonton, nongkrong bareng, dll, dll. Kita semua pernah join di MLM atas anjurannya. Tapi itu dia, selain dia yang selalu sukses, yang lainnya memilih melipir pelan-pelan meninggalkan MLM. Bertahun-tahun kemudian si X ini masih sibuk hilir-mudik dengan MLM-MLM yang diikutinya. Sementara saya dan teman-teman lain memilih bekerja normal.

Suatu ketika dia menelpon saya mengajak bertemu. Saya bilang tidak bisa karena saya masih sibuk ngurusin bos saya yang mau pergi keluar negeri. Saat saya sibuk berkutat dengan presentasi dan dokumen, dia mengajak saya makan malam. Keesokannya hal tersebut terulang, dia pengen ketemu saya, ngajak makan malam, ngajak ngopi bareng, dll, dll.
Sampai beberapa hari kemudian dia tetap memaksa. Malah dia mau jemput saya ke kantor atau mau datang kerumah. Tapi sempat saya tolak mentah-mentah waktu dia mau datang kerumah, soalnya suami saya sedang keluar kota. Nanti apa kata tetangga???

Lalu teman yang lain menelpon " eh, si X udah nelpon elu? ". Saya ceritakan padanya kalo saya pusing dibuatnya. Dipaksa-paksa, dll. Trus teman saya bilang " iya, dia ngejar target jual tiket seminar di Istora Senayan tanggal sekian, harga karcisnya sekian ratus ribu ". HAAAA... jadi semangatnya ngajak makan malam, ngajak ngopi, mau jemput ke kantor semata-mata karena mau jual karcis seminar?
Semenjak itu tiap dia telpon, saya cuekin. Tiap dia SMS saya ga bales. Ceritanya saya ngambek.

Setelah tanggal seminar lewat, handphone saya langsung sepi. Tidak ada lagi 'paksaan-paksaan' dari dia.
Dia kembali sibuk dengan MLMnya saya sibuk dengan kehidupan saya.

Lalu berbulan kemudian dia masuk ek FB saya dan mengirimi saya foto keberhasilannya. Saya sih seneng-seneng aja liat temen berhasil. " Gue udah bisa beli Mercy C-Class, udah bisa ajak keluarga gue ikutan cruise ke Singapore dan Malaysia ". Fine! itu rejeki kamu.
Tapi masalahnya, kadang-kadang dia jualan tanpa liat waktu. Lagi pengajian akikahan putra seorang teman, sempat-sempatnya dia presentasi pada saya dan suami soal MLM barunya. Bukan cuma saya dan hubby yang kesal. Yang punya rumah juga kurang suka dengan caranya.
Kadangkala saya jadi mikir, kenapa ya MLM ngerubah cara pertemanan kita? MLM ngerubah seseorang?

Saya sih tidak menyalahkan MLMnya, sekali lagi saya bilang, MLM sih bagus-bagus aja. Cuma orangnya yang sering berubah!

No comments: