Friday, February 6, 2009

Memilih Caleg

......... buat saya, masih lebih mending " memilih sepatu ".......

Topik ini lagi jadi happening orang-orang. Maklum, sebentar lagi kan Pemilu.
Foto caleg yang tumbuh subur disetiap wilayah bahkan mengalahkan jumlah rambu lalu lintas bahkan billboard iklan jumlahnya. Dari billboard seukuran besar, hingga spanduk, pamflet-pamflet bahkan yang seukuran gambar tempel dengan mudah akan kita temui dimana saja. Berwarna-warni tergantung dari warna partainya.

Para caleg berusaha menjaring pemilih dengan memberikan janji surga atau hanya dengan memberikan statement singkat " pilihlah saya, putra asli daerah " atau " saya memberi bukti bukan janji " atau " saya akan menciptakan budaya bebas korupsi ". Hadooohh.....

Tata cara pemilu yang multi partai seperti ini terus terang membuat saya bingung. Dulu aja, saat kita hanya memilih 3 partai. Tidak semua wakilnya bisa bekerja sama dengan baik dengan partai lain. Nah, gimana yang multi partai begini???
Soalnya, semua orang pasti punya ide, punya kemauan, punya pilihan. Trus gimana dong jadinya??? Walaupun semuanya, saya yakin banget pasti berusaha membawa bangsa ini kepada kebaikan.

Saya malah bingung kalau para caleg asyik memberikan janji. Hati-hati, janji adalah amanah. Ditangan caleglah semua amanah rakyat ditaruh. Kalau semua janji yang diobral tidak ada yang ditepati, bukannya itu namanya dosa???

Apalagi para caleg yang pake statement : pilih saya putra asli daerah. So what??? Apa kalau dia itu putra daerah trus bisa membenahi segala carut marut yang terjadi??
Jauh didalam benak saya, sejujurnya (halah bahasanya.....) saya berfikir kalau memilih caleg itu harus yang berkualitas.
Sama seperti kita memilih ketua OSIS semasa sekolah dulu. Pasti kita memilih seorang teman yang pintar atau teman yang aktif disekolah dan dikenal guru dan teman karena hal positifnya. Sehingga saya mengagumi sosok ketua OSIS ini. Sudah pintar, aktif disekolah, disayang guru, banyak teman, ketua OSIS pula!!!

Tetapi kenapa sekarang ini banyak caleg yang dipilih semata-mata karena partai yang bersangkutan hanya ingin mendulang jumlah suara tanpa memikirkan 'kualitas' dari si caleg tersebut.
Misalnya dengan mengajak artis-artis terkenal untuk menjadi caleg dari sebuah partai. Bukan saya meragukan kualitas seorang artis. Tapi balik lagi kemasalah amanah diatas. Semua janji yang diumbar semasa kampanye adalah amanah dan berat tanggung jawabnya. Mengajak anggota keluarganya atau sahabat dekatnya atau teman semasa kecil untuk menjadi caleg padahal yang diajak miskin pengalaman dan buta politik.

Atau si putra daerah itu, apa urusannya? yang kita butuhkan adalah orang-orang hebat dan orang-orang pintar yang bisa membenahi bangsa ini. Orang-orang yang tidak dengan mudahnya memberikan janji " sekolah gratis " hingga " berobat gratis ". Tapi orang-orang yang memang dengan tulus mau mencurahkan perhatiannya pada negara ini.

Makanya teman saya bilang, para caleg dadakan itu jadi seperti tertimpa durian runtuh. Begitu jadi anggota dewan, langsung deh korupsi sana-sini. Nanti ujung-ujungnya, ditangkap KPK.

Hmm... ngomongin caleg emang ga ada habisnya. Sementara pemilu sudah semakin didepan mata. Foto-foto para caleg dengan senyum khasnya bak jamur dimusim hujan. Saya bingung mau pilih partai yang mana.
Saya sih ga minta muluk-muluk. Berhubung disekitar rumah saya banyak jalan rusak, saya sih cuma minta siapapun calegnya atau papun partainya, tolong betulin jalanan yang rusak itu aja. Itu saja permintaan saya.

Eh, tapi kalo dipikir-pikir, kok rasanya lebih susah memilih sepatu daripada memilih caleg ya??? hihihihihi


No comments: