Tuesday, February 3, 2009

susahnya di Indonesia

Kemarin, saya dan sahabat kereta saya Widi sedang asyik berbincang-bincang dikereta. Saat kereta melewati makam Tanah Kusir, mata kami menatap kearah beberapa makam yang terendam banjir. Kasian....

Lalu obrolan kami berubah. Widi yang baru ditinggal pergi mertuanya bercerita soal repotnya mencari makam. Semula sang mertua akan dimakamkan diwilayah yang kami lihat tenggelam tadi. Tapi dibatalkan oleh suaminya dan memilih kavling lain yang lebih tinggi. " Tapi biayanya lebih mahal looohh.... " kata pihak makam Tanah Kusir. Tidak apa-apa, yang penting saat mertuanya tiada, Widi berusaha tetap memberikan yang terbaik bagi ayah mertuanya.

Saya teringat sekitar 3 tahun yang lalu makam nenek saya dibongkar paksa. Padahal sejak tahun 1992, nenek saya sudah dimakamkan dipekuburan Karet. Alasannya, karena sang juru makam " merasa " sudah mengirimkan surat permohonan biaya perpanjangan sewa tanah makan. Tapi tidak ada response satupun dari keluarga mama saya. Karena.... tidak ada satupun dari anak-anaknya nenek yang merasa menerima surat tersebut dari penjaga makam. Tanpa ba-bi-bu lagi makam dibongkar dan dimasuki jenazah baru. Akhirnya keluarga kami harus membeli lahan baru lagi untuk memakamkan jenazah nenek :-(

Hari ini saya membaca berita di detik.com yang menyebutkan bahwa makam di menteng pulo dibongkar. Sekitar 15 orang penggali kubur didatangkan juga alat berat. Saya cuma mikir, kenapa sih mereka yang sudah tiada tidak bisa dibiarkan beristirahat dengan tenang? Kenapa lokasi peristirahatan mereka harus berganti dengan bangunan? Ini terjadi dengan makan kakek dari dari papa saya yang makamnya dipindah dengan paksa karena harus berganti dengan bangunan (makam blok P berganti menjadi kantor walikota Jaksel).

Susahnya tinggal di Indonesia. Sampai meninggal pun hidup itu masih tetap digrusuhi dengan urusan-urusan duniawi *sigh*

No comments: