Thursday, April 30, 2009

berat-ringan

Teman saya akhirnya mau juga menempati rumahnya, setelah beberapa bulan terbengkalai kosong. Waktu itu saya dan dia berjuang bersama mencari rumah. Bedanya begitu rumah dapat, saya poles sedikit lalu langsung saya tempati. Sementara teman saya, mesti melewati masa hamil dan melahirkan, rumahnya sempat dipinjam adiknya, dll, dll. Belum lagi ketakutannya apabila harus tinggal sendiri tanpa ada orangtua yang selama ini menemani.
Akhirnya setelah 4 tahun berlalu, barulah ia mau menempati rumahnya tersebut.

Suatu ketika dia mengundang saya main kerumahnya. Rumah seluas 120m2 udah jauh berbeda dengan kondisi waktu dibeli dulu. Udah banyak rombakan disana-sini, sudah dipasangi pagar, dibuatkan garasi khusus, hingga dibuat bertingkat! Walaupun tingkat atasnya hanya untuk kamar tamu saja.

Seperti layaknya orang yang baru punya rumah, dia terlibat pembicaraan dengan saya. Dengan seru dia bercerita soal, asyiknya membeli perabotan rumah, menata rumah, bertetangga, mencoba resep dan berbagai kegiatan yang 4 tahun lalu juga saya jalani.

Lalu sampailah kebagian yang ga enaknya " stress gue tiba-tiba gas habis!! " atau " bingung gue pas lampu teras mati, siapa yang mau ganti? " atau " tengah malam anak panas dan harus dilarikan kerumah sakit ". Tapi mungkin karena dia sudah mulai enjoy dengan kehidupan barunya kini, gangguan-gangguan semacam itu jadi tidak terasa berat. " Kalo elu pasti ga terasa berat ya? hiduplu kan udah enak, santai...... " tuduhnya pada saya.

Hmmm...

Saya ga mau bilang hidup saya ringan atau berat. Berat atau ringannya hidup yang saya jalani pastilah berbeda dengan orang lain. Contohnya dengan teman saya ini. Dua punya 2 pembantu yang selalu ada disisinya setiap saat. Sementara saya? pembantu saya hanya datang saat weekend. Kadangkala malah skip karena dia ada urusan (seperti kemaren sewaktu mertuanya meninggal).
Saya ga ngerti apakah berat kalo saya bilang kedia bahwa tiap pulang kantor saya suka masak dulu buat makan malam. Atau kalo saya bilang bahwa weekend kemarin saya benar-benar jadi ibu rumah tangga yang mencuci, menyeterika hingga memasak.
Hidup saya pasti masih lebih ringan dibandingkan anak-anak kecil yang sering saya temui diperempatan jalan. Saya masih tidur dikamar ber-AC, tidur didalam rumah. Bukan tidur beratapkan langit dengan suasana yang panas menggigit atau dingin menusuk tulang.

Kata hubby, jalani aja hidup kita, nikmati. Makanya hubby ga pernah melarang saya melakukan kegiatan yang saya mau asal itu ga salah. Hidup yang berat jadi terasa ringan. Beban yang banyak jadi berkurang. jadi bukannya saya ga mau ngebanding-bandingkan, siapa yang lebih berat atau siapa yang lebih ringan. Walopun pembantu cuma datang seminggu 2x, tapi saya tahu kalau saya ga bakalan cape mengurus rumah karena ada hubby yang siap membantu. Kalau saya sedang pundung, saya punya teman saya ini yang mau memberikan pundaknya. Jadi walopun hidup berat, jadi terasa ringan dan santai buat dijalani. Urusan-urusan rumah tangga macam " gas habis, pompa air rusak, listrik mati, ada kecoa digarasi. dll " hingga urusan soal pertemanan macam " kesal dengan teman, kesal dengan suami, pinjam uang karena lupa bawa dompet, curhat ini-curhat itu, dll, dll " udah ada 2 orang yang akan meringankan penderitaan saya.

Jam 4 sore, setelah menikmati makan siang enak. Ngobrol sambil makan gorengan, akhirnya hubby datang menjemput. Dan saya tahu bahwa, detik itu saja sudah ada 2 orang baik dalam hidup saya yang membuat hidup saya jadi ringan.

No comments: