Thursday, August 7, 2008

berawal dari curhat

Seorang teman yang baru saja bercerai dari istrinya bertemu dengan saya beberapa hari yang lalu disebuah mall. Lalu kami ngobrol di sebuah kedai kopi. Dia bercerita soal peristiwa yang menyedihkan itu.

Keesokan harinya dia mengirimi saya SMS mengenai kondisinya. Walaupun saya belum pernah mengalaminya *ketok-ketok meja*, tapi saya tahu perceraian memang menyakitkan.
Saya berusaha memberikan nasehat semampu saya. Lalu dia berterima kasih atas nasehat yang saya berikan.
Lalu dia kembali curhat dan saya kembali berusaha memberikan nasehat....
Lalu begitu seterusnya.........

Setelah beberapa kali dia mengirimi saya SMS berisi curhatannya, lama-lama saya mulai 'gerah;. Bukan apa-apa, banyak perselingkuhan diawali dengan curhat-curhatan, dan saya tidak mau terjebak didalamnya.
Dia bertanya, mengapa saya tidak menjawab SMSnya? apakah dia masih boleh curhat pada saya lagi?

Jawaban saya : TIDAK. Dia TIDAK BOLEH curhat lagi pada saya!

Saya hanya seorang temannya yang tidak terlalu dekat dengannya. Saya hanya temannya yang 'kebetulan secara tidak sengaja' bertemu dengannya dikedai kopi itu. Saya bukan sahabatnya, apalagi saudaranya. Saya tidak punya kapasitas untuk menasehatinya panjang lebar. Sekedar nasehat sedikit, OK. Nasehat panjang? hmmm... kayaknya engga deh!
Yang paling penting, saya tidak mau terjebak dalam suasana saling curhat lalu berubah menjadi saling memberi perhatian dan berkembang menjadi saling menyukai. Bukannya GR, tapi saya sering mendengar cerita, sering melihat beberapa kasus perselingkuhan dimulai dari saling curhat. Dan sekali lagi saya bilang, saya tidak mau terjebak didalamnya.

Buat kamu... maafkan saya, bukannya saya tidak ingin menjadi tempat curhat kamu.
Tapi orang yang paling tepat untuk mendengarkan curhatan kamu adalah sahabat kamu (tetapi bukan saya), atau keluarga kamu. Sekali lagi, maafkan saya.......

No comments: